28 : Anniversary

2.3K 394 184
                                    

"Mas... ini obat apa?"

Pak Lino berekspresi kaget menatap botol obat yang gue pegang.

"Itu kamu nemu di mana??"

"Di bawah, deket pedal gas."

"Saya udah cari ke mana-mana di apartemen tau-tau ada di mobil."

"Ini apaan? Obat apa?" Tanya gue lagi.

"Vitamin C."

"Bohong!"

"Itu obat vitamin C, Aleena." Jawabnya. "Terus kenapa ekspresi kamu gitu? Kok mewek?"

"Mas Lino udah mulai bohong nih... ini pasti obat buat penyakit aneh-aneh, kan?!"

Pak Lino malah ketawa di saat gue makin nangis.

"Kalo gak percaya, sana kunyah."

"Kok kunyah?? Saya kan gak sakit!"

"Kunyah aja biar kamu percaya."

Dengan ragu, gue pun mengambil sebutir obat itu dan mengunyahnya.

"IIHHH, ASEM!"

"Beneran vitamin C kan? Mana ada obat sakit rasanya asem."

Gue mengusap air mata gue dan malah ketawa, "Maaf... Lagian Mas Lino kayak nyembunyiin sesuatu dari saya."

"Kamu aja yang banyak suudzon."

Gue beralih buat memeluk tangan Pak Lino. "Ya udah ayo pulang."

Walaupun obat itu bukan obat sakit, tapi perasaan gue masih gak bisa tenang. Apalagi sekarang mimisan Pak Lino lebih sering muncul.

***

Saat ini gue lagi sendirian di apartemen, Pak Lino masih di sekolah karena ada meeting soal pembagian raport yang akan di bagikan tiga hari lagi.

Pas lagi asik-asiknya noton tv, tiba-tiba gue dapet telpon dari nomor yang gak dikenal. Gue gak angkat, karena takut kalau itu cuma modus penipuan. Tapi nomor itu nelpon lagi, bikin gue penasaran aja. Karena takut ada hal yang mendesak, gue pun mengangkat telponnya.

"Halo?"

"Halo Aleena? Ini Tante, Mamanya Harris."

Mamanya Harris?

"Ohh... ada apa ya Tante?"

"Kamu bisa ke rumah Tante enggak? Tante perlu bantuan kamu."

"Bantuan apa Tante?"

"Nanti Tante kasih tau kalo kamu udah nyampe di rumah, sayang."

"Tapi Tanteㅡ"

"Ayo Aleena, Tante mohon. Tante benar-benar sangat membutuhkan bantuan kamu. Harris gak ada di sini, Tante sendirian."

Gue melirik jam di dinding yang menunjukkan angka empat sore. Pak Lino gak tau pulangnya kapan. Tapi kalau gue nolak, gue gak enak sama Mamanya Harris.

"Ayo sayang."

"Baik, Tante. Tunggu saya di sana ya."

***

Dengan perasaan ragu dan cemas, gue mengetuk pintu rumahnya Harris. Gue menunggu hingga beberapa menit, tapi pintu belum dibuka. Mungkin Mamanya Harris lagi sibuk di dalam.

Setelah gue ketuk lagi, kemudian ada sahutan dari dalam, dan pintu terbuka menampakkan Mamanya Harris dengan senyum anggunnya.

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang