51 : Sebuah Konflik

2.1K 340 180
                                    

Saat ini gue tengah sendirian di apartemen, karena Mas Lino lagi ngajar. Kemarin kan Mas Lino makan banyak makanan ya, terus malamnya dia malah muntah-muntah. Tapi gue ngerasa enak sih, gue yang bawa beban berat, terus Mas Lino yang ngerasain mual-mual sama ngidam. Tapi kasian juga liat dia yang ikut kesusahan.

Pas gue mau duduk di sofa sambil nonton tv, tiba-tiba gue dapet telpon dari si Ningsih.

"Halo Ning? Ada apa?"

"Bukain pintunya woi!"

"Hah?"

"Huh hah huh hah, kayak keong aja lo! Cepetan bukain pintunya! Ini gue sama si Winda ada di depan."

Gue beranjak bangun dan membuka pintu apartemen.

"ALEENA!!!"

Si Ningsih meluk gue, sedangkan si Winda langsung masuk ke dalam apartemen.

"Toilet di mana, Lin?"

"Itu samping dapur."

Si Winda berlari menuju toilet, sedangkan gue dan Ningsih baru masuk ke dalam.

"Pak Lino ke sekolah ya?"

"Iya. Lo mau gue bikinin minum apa?"

"Gue aja yang bikin Lin! Lo duduk aja. Tuh, gue sama Winda beliin lo buah-buahan." Si Ningsih bantu gue buat duduk, sedangkan dia nyelonong ke dapur.

Ada enaknya juga jadi ibu hamil. Karena dulu mereka yang ada nistain gue terus, boro-boro mau bantu.

"Gimana Lin, udah ngidam?" Tanya Winda setelah kembali dari toilet.

"Gue gak ngidam, tapi malah Mas Lino yang ngidam." Jawab gue sambil ketawa karena mengingat kejadian kemarin.

"Oh itu mah wajar, Lin... Berarti Pak Lino terlalu cemas sama lo."

"Iya, gue juga tau dari kakaknya Mas Lino."

"Nih, minum dulu." Ningsih menaruh tiga gelas berisi sirup jeruk di atas meja.

"Buset, lo udah kayak tuan rumah aja."

Terus kita bertiga minum sirup jeruk yang dibawain sama si Ningsih.

"Sumpah Lin, gue sampe sekarang masih gak nyangka kalo lo ini ternyata udah nikah sama Pak Lino." Kata Ningsih. "Berarti kutukannya Pak Lino ampuh banget ya?"

"Pas kejadian di lorong itu, katanya Mas Lino udah tau kalau kita berdua mau dijodohin." Kata gue membenarkan.

"Emang udah jodohnya sih." Tambah Winda.

Pas lagi asik-asiknya ngobrol, hp gue berdering.

"Hanif nelpon."

"Hah? Mau ngapain dia?"

"Coba angkat dulu, Lin."

Dengan berbagai macam pertanyaan yang berkumpul di kepala, gue pun mengangkat panggilan telpon dari Hanif.

"Halo, Nif?"

"Aleena..."

Gue kaget karena mendengar suara Hanif yang begitu pelan dan bergetar. Gue juga bisa mendengar suara isakannya Hanif.

"Hanif, lo kenapa? Apa ada suatu hal buruk yang terjadi?"

"Lin, sebenarnya gue dari tadi bingung mau bilang ke lo atau enggak, mengingat saat ini lo lagi mengandung anak lo. Tapi... lo berhak tau kalau... Harris, dia..."

Detak jantung gue tiba-tiba berdetak sangat cepat, "Harris kenapa, Nif??"

"Harris... Kemarin dia baru aja mengalami kecelakaan motor dengan pengendara mobil. Dan sekarang... Harris."

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang