29 : Cerita Harris

2.2K 381 113
                                    

"Lin,"

Gue yang lagi duduk di teras depan langsung menoleh ke Harris yang baru aja duduk di sebelah gue.

"Udah ngasih tau Pak Lino buat jemput kamu ke sini?"

"Udah, barusan."

Setelahnya kita hening, hanya terdengar suara motor dan mobil yang berlalu lalang di jalan depan rumahnya Harris. Jadi rumahnya Harris itu di depan jalan raya, makanya berisik banget.

"Tolong maafin Mama aku ya, Lin. Mama udah manggil kamu datang jauh-jauh buat ke sini dan bikin kamu gak nyaman. Pasti kamu nyesel kan?"

"Enggak sama sekali kok, Ris."

"Ini semuanya gara-gara aku. Selama kita pacaran, aku selalu ceritain semuanya ke Mama, tentang baiknya kamu, pedulinya kamu terhadap aku, selalu ngasih perhatian ke aku, selalu bikin aku semangat, jadi Mama ngerasa kamu itu sangat pantas buat aku. Mama suka sama kamu karena Mama tau aku sangat sayang... sama kamu."

Gue menundukkan kepala sambil tersenyum, "Gapapa, Ris. Aku ngerti kok, semua orangtua juga pasti ngedukung sama semua hal yang anaknya suka, Mama kamu juga pasti seneng kalau ada yang sayang sama anaknya."

"Tapi sekarang aku ngerasa bersalah sama kamu, Lin. Kita udah gak bersama lagi, tapi aku masih suka ngerepotin kamu."

"Enggak kok, Ris. Niat aku kan mau nolongin Mama kamu. Bukan karena kita udah pisah, aku gak bisa nolongin kamu sama Mama kamu. Menolong sesama itu manusiawi." Tiba-tiba gue teringat oleh ucapan Pak Lino.

"Harusnya aku bilang dari awal tentang kondisinya Mama..."

Kali ini gue menoleh menatap Harris.

"Udah empat tahun lamanya Mama mengalami gangguan kejiwaan. Semuanya berawal karena Papa pergi ninggalin kita. Papa kerja di luar kota, di Kalimantan. Beliau jarang pulang, tapi sekalinya pulang ke rumah malah bawa istri barunya dan meminta cerai ke Mama. Mama langsung depresi berat, dan gak lama kemudian saraf otaknya terganggu. Mungkin yang dibilang orang-orang itu bener, cinta bisa bikin kita gila. Karena Mama terlalu cinta sama Papa, makanya sekarang berakhir begini, bermain dengan dunianya sendiri yang sangat jauh dengan kenormalan." Jelas Harris yang membuat dada gue terasa sesak.

"Makanya aku punya rencana buat kuliah di Kalimantan karena semuanya atas keinginan Mama yang pengen ketemu sama Papa, padahal Papa udah gak peduli lagi. Dan aku gak berani buat bilang ke kamu soal aku yang mau kuliah di Kalimantan, karena aku sendiri masih ragu. Tapi aku pengen ngabulin permintaan Mama, takutnya nanti nyesel."

Akhirnya gue tau alasan kenapa Harris pengen kuliah di Kalimantan tapi enggak ngasih tau gue.

"Aku punya adik."

"Hm?"

Harris tersenyum getir, "Adikku kalau masih hidup pasti sekarang udah masuk SD kelas 1. Tapi, Tuhan menakdirkan adikku hanya hidup sampai tiga tahun aja."

"Meninggal karena apa?" Suara gue bergetar.

"Dicekik sama Mama."

"H-hah?"

"Saat Mama mulai gila, Mama mencekik adikku saat aku lagi di sekolah. Aku salah, aku lengah. Harusnya setelah tau kondisi Mama yang memburuk, selama sekolah aku menitipkan adikku di day care, karena aku udah gak punya saudara lagi. Tapi aku bodoh banget baru sadar setelah adikku gak ada."

"Setelah adikku meninggal, Mama dipindahkan ke rumah sakit jiwa, tapi hanya selama enam bulan aja, karena katanya Mama udah sembuh. Ternyata sembuhnya cuma sebentar, dua bulan kemudian Mama kembali mengalami gangguan kejiwaan walaupun gak separah dulu."

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang