04 : Bulan Depan

2.4K 414 122
                                    

Gue gak ngerti lagi sama situasi sekarang. Ternyata Pak Lino gak langsung nganterin gue pulang, dia malah nyulik gue dan bawa gue ke sebuah restoran Jepang. Tapi gue gak bisa nolak, soalnya gue mau diteraktir sama Pak Lino.

Sekarang gue dan Pak Lino sedang berada di dalam sebuah ruangan yang dikhususkan buat dua orang aja, alias gak campur sama pengunjung lain. Alias Pak Lino mesen ruang makan privacy.

Sebenarnya gue agak takut sih... Ya bayangin aja, diem di dalam satu ruangan sama lawan jenis, mana dia guru gue yang galaknya minta digaruk pake garpu rumput, siapa yang kuaaaattt???

"Selamat makan, Mas, Mbak..." Seorang pelayan restoran menghidangkan beberapa makanan yang gue dan Pak Lino pesan tadi.

"Terima kasih, Mbak."

"Ayo, dimakan." Suruh Pak Lino begitu si pelayan keluar dari ruangan.

"Pak, tapi ini gak dicampur sama obat jampe-jampe kan?" Tanya gue sambil nyumpit sushi.

"Baru kali ini saya ketemu sama murid yang suka suudzon sama gurunya."

"Hm... Hehe, maaf."

Kami berdua mulai menyantap makanan kami.

"Nanti mau tinggal di mana?"

"Hm? Ya di rumah saya lah."

"Okay..."

Tunggu,

"Kok nanyain saya mau tinggal di mana? Maksud Pak Lino apa?"

"Bukan kamu yang mau tinggal di mana, tapi kita yang mau tinggal di mana. Setelah menikah."

"Uhuk, uhuk, uhuk!"

Setelah Pak Lino ngomong gitu, gue langsung keselek. Buru-buru Pak Lino ngasih gue segelas air putih, dan gue langsung minum.

"Masih sakit?"

"Apa-apaan???!!!" Semprot gue langsung begitu gue selesai minum. "Nikah? Siapa yang nikah?"

"Kita."

"Jadi Pak Lino menerima perjodohan kita?"

"Bukan menerima, tapi gak bisa nolak. Kita dijodohkan karena permintaan kakek kita."

"Ya tapi... beneran kita mau nikah?" Air mata gue kembali keluar. "Pak, saya masih 17 tahun loh Pak. Apa Pak Lino gak malu nikah sama anak remaja yang baru aja dapet KTP tujuh bulan yang lalu?"

Pak Lino menatap tanpa ekspresi, "Malu."

"Tuh kan! Pak Lino sendiri juga malu. Emangnya kita beda berapa tahun sih, Pak?"

"Sepuluh tahun."

"Ihh, tuh kaaannn, jauh banget bedanya!"

Pak Lino gak ngejawab, dia malah lanjut makan.

"Oh iya Pak, kalo seluruh warga sekolah tau soal pernikahan kita gimana Pak?? Mau taro di mana muka saya??"

"Kamu enggak tau?"

"Apa?"

"Kakek saya adalah penyumbang besar dalam pembangunan sekolah."

"Hah? Serius?"

Pak Lino mengangguk, "Pihak sekolah bisa merahasiakannya. Jadi... aman."

Gue menyandarkan tubuh gue di tembok sambil menghembuskan napas berat.

"Tapi sama ajaaaaa, saya gak mauuuu!"

"Mau nolak pun kamu gak mampu, Lin." Kata Pak Lino yang membuat gue semakin gusar.

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang