42 : Barisan Para Mantan

2K 350 91
                                    

Besoknya, sepulang sekolah gue dan Hanif bersama-sama pergi menjenguk Harris di rumah sakit yang katanya udah sadar sejak pagi tadi. Mas Lino gak ikut, gue yang nyuruh. Karena gue gak mau nanti di sana Mas Lino harus menahan kesabaran lagi saat Mamanya Harris terus mencocok-cocokan Harris dengan gue.

Menurut gue, di sini yang paling berat adalah posisinya Mas Lino. Cuma harus bersabar aja sih, tapi sabar itu sangat berat buat dijalanin oleh setiap manusia.

Apalagi sekarang Mas Lino cinta sama gue, begitu juga dengan gue. Seperti yang dikatakan Harris pada saat dia akan memutuskan hubungannya dengan gue, pernikahan itu cuma sekali, maunya. Ya, memang gue maunya pernikahan gue itu hanya berlangsung satu kali aja. Boleh gue pisah sama Mas Lino, tapi bukan manusia yang memisahkan kita, melainkan Tuhan dan alam semesta.

Usia gue masih sangat muda, dan bahkan di luaran sana banyak yang memanfaatkan usia mudanya untuk menikah beberapa kali. Tapi gue gak mau begitu, gue pengen sama Mas Lino terus sampai mati.

Tibalah gue dan Hanif di depan ruang rawat Harris yang sudah dipindahkan dari ruang UGD. Hanif memimpin di depan dan dengan gue di belakangnya. Begitu pintu terbuka, tampaklah Harris yang tengah duduk sambil makan disuapi oleh Mamanya.

"Ris, gimana sekarang, sehat?" Tanya Hanif.

"Sekarang udah mendingan." Jawab Harris dengan suara pelan.

"Aleena, Harris gak mau makan nih. Mungkin kalo disuapin sama kamu Harris mau makan."

"Enggak usah, Ma! Aleena baru dateng masa udah direpotin." Kata Harris sambil mengambil alih piring dan meletakannya di atas meja. "Nanti dilnjut lagi makannya."

"Terserah kamu deh, padahal kamu gak makan selama tiga hari."

"Sekarang Mama ke kantin sana, Mama juga belum makan kan dari tadi pagi?"

"Belum."

"Ya udah makan aja, di sini ada Hanif sama Aleena kok yang jagain."

"Hanif, Aleena, titip Harris sebentar ya."

"Iya, Tante."

Kemudian Mamanya Harris keluar dari ruangan, dan menyisakan gue, Hanif, dan Harris di sini.

"Ris, pasti kangen ya sama Aleena?" Canda Hanif yang bikin Harris ketawa.

"Gue kangennya sama lo Nif, gimana dong?"

"Sama dong kalo gitu!" Hanif meluk si Harris, gue liatnya cuma senyum doang.

"Lin, ini Harrisnya gak mau dipeluk juga?"

"Apaan sih lo mancing mulu?" Harris narik telinga sebelah kirinya Hanif, dan Hanif langsung meringis kesakitan.

"Oh iya, itu..." Gue nunjuk kepala bagian belakangnya Harris yang pake perban. "...masih suka keluar darah?"

"Kata Mama sekarang gak terlalu sering sih. Ini perbannya baru ganti tadi pagi, kalo kemarin-kemarin jam segini aja udah diganti tiga kali."

Gue mengangguk mengerti.

Baik gue maupun Harris, kita berdua sama-sama kaget saat Hanif menyatukan tangan kita berdua. Buru-buru Harris yang menjauhkan tangannya duluan dari tangan gue.

"Kenapa lo? Bukannya lo kangen sama si Aleena?" Tanya Hanif yang kelewat gak ngerti sama hubungan gue dan Harris yang sekarang.

"Sekarang gue sama Aleena udah beda, Nif. "

"Kalo gitu, si Aleena buat gue aja boleh dong?"

Harris tertawa, "Gak boleh juga."

"Terus kalo sama lo enggak, sama gue enggak, Aleena sama siapa dong?"

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang