62 : Telah Lahir

2K 307 183
                                    

"Bu Aleena masih dalam fase pembukaan ketiga, jadi rahim Bu Aleena sudah mengalami pembukaan sebesar tiga sentimeter. Masih ada tujuh pembukaan lagi untuk Bu Aleena bisa melakukan persalinan." Kata Bu Dokter yang bertanggung jawab dalam persalinan gue nantinya. "Pada pembukaan ketiga ini, kontraksi semakin intens dengan hanya berselang setengah jam, Bu."

Gue mengangguk mengerti.

"Saya permisi dulu ya, Bu." Pamit Bu Dokter itu. "Nanti kalau ada terjadi apa-apa, Bu Aleena bisa tekan bel di atas tempat tidur. Permisi."

"Terima kasih, Dok."

Bu Dokter beserta dua orang perawat keluar meninggalkan ruangan. Lalu pintu kembali terbuka dan menampakkan Bunda serta Ayah gue. Gue langsung menangis begitu melihat mereka.

"Aleena sayang..." Bunda memeluk gue, sedangkah Ayah mengusap kepala gue. "Tahan sebentar lagi ya, nak? Dalam hitungan jam lagi, cucu pertama Bunda dan Ayah akan segera lahir. Nanti Bunda yang akan menemani kamu hingga persalinan nanti."

Kemudian Bunda melepaskan pelukan, dan tangannya beralih untuk mengusap air maya gue.

"Mas Lino..." Suara gue bergetar. "Mas Lino mana...?"

Bunda dan Ayah saling menatap, dan itu membuat ketakutan gue semakin membesar.

"Di mana Mas Lino...? Bunda, Ayah, ayo jawab... Aku pengen ketemu Mas Lino... Aku mau Mas Lino yang nemenin aku..."

"Lino sedang menjalani operasi di perutnya, nak. Kamu jangan khawatir, Lino akan baik-baik aja. Tapi mungkin... suami kamu gak bisa menemani persalinan kamu nanti." Jelas Ayah yang membuat tangisan gue semakin kencang.

"Aku gak mau kehilangan Mas Lino...!!!"

Bunda kembali memeluk gue, namun gak berlangsung lama karena gue mengalami kontraksi lagi.

***

Beberapa jam kemudian, gue terbangun dari tidur dan merasa ingin mengejan. Lalu gue berteriak memanggil Bunda dan Ayah yang tengah tidur di sofa ruangan.

"Bundaaa! Ayaaahhh!"

Bunda dan Ayah langsung bangun dan berjalan menghampiri gue yang udah berkeringat sekujur tubuh.

"Kamu udah mau melahirkan ya??"

Gue mengangguk lemas sambil mengejan.

"Sebentar Aleena, Ayah panggilkan dokter dulu."

Kemudian Ayah menekan bel di atas tempat tidur hingga beberapa kali. Dan beberapa saat kemudian Bu Dokter bersama empat perawat masuk ke dalam ruangan dengan segala peralatan yang udah disiapkan.

"Ini siapa yang akan menemani persalinan Bu Aleena?"

"Saya, Dok!" Jawab Bunda cepat.

"Kalau begitu silakan Bapak keluar dulu, Bapak bisa menunggu di depan ruangan."

Ayah beralih mencium kening gue, "Aleena sayang, Ayah tunggu di depan ya? Ayah yakin kamu pasti bisa, nak. Ayah dan yang lainnya akan mendoakan yang terbaik untuk keselamatan kamu dan bayi kamu."

Gue mengangguk, kemudian Ayah kembali mencium kening gue dan akhirnya beliau keluar dari ruangan.

"Kita bisa memulai persalinan dari sekarang."

Bunda langsung menggenggam tangan sebelah kanan gue, dan tangan gue yang satunya menggenggam besi ranjang dengan sangat kuat.

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang