49 : Kabar Kehamilan

2.3K 347 164
                                    

Kabar tentang kehamilan gue rupanya membuat geger warga sekolah. Tapi kepala sekolah menegaskan bahwa bukan Harris-lah yang menjadi ayah dari anak yang sedang gue kandung. Beliau juga gak ngasih tau bahwa sebenarnya gue telah menikah dengan Mas Lino.

Setelah mengetahui kabar bahwa gue telah hamil, Ningsih langsung nelpon gue sambil nangis. Akhirnya gue sekarang memutuskan untuk menceritakan semuanya ke dia. Dan sekarang Ningsih beserta Winda, Harris, dan Hanif, mereka sedang di perjalanan untuk mengunjungi gue di apartemen milik Mas Lino.

"Mas, kira-kira nanti Ningsih sama Hanif pingsan gak ya kayak Pak Jamal tadi di sekolah?"

"Bisa jadi sih..." Mas Lino ikut duduk di sebelah gue. "Mereka beneran mau ke sini?"

"Iya, kata Winda udah deket."

"Kalo gitu aku mau bikin minum dulu." Mas Lino mencium pucuk kepala gue, dan setelahnya dia beranjak ke dapur.

Sedangkan gue di sini lagi mikirin kata yang tepat buat jujur ke si Ningsih sama si Hanif tanpa bikin mereka pingsan.

Kayaknya mereka liat di apartemen ini ada Mas Lino aja itu udah cukup bikin mereka pingsan sih.

DING DONG!

Spontan gue langsung bangun dari duduk dan menoleh ke pintu.

"Mas! Itu kayaknya mereka deh!"

"Ya udah, buka sana!"

Gue makin gelisah, "Pokoknya kamu jangan dulu keluar sebelum aku panggil!"

"Iyaaa!"

Dengan langkah berat, gue berjalan menuju ke depan pintu. Dari layar dekat pintu, gue bisa melihat mereka yang kayaknya pengen cepet-cepet masuk. Ya udah, gue langsung buka pintunya.

"ALEENA!!!"

Baru juga buka pintu, Ningsih langsung meluk gue sambil nangis.

"Yaelah lo lebay banget sih Ning? Itu meluknya jangan kenceng banget, anaknya Aleena takut kegencet!" Kata Winda yang setelahnya Ningsih melepaskan pelukannya dengan gue.

"Kak Lin, gak disuruh masuk nih?"

Gue menoleh ke Sendy yang berdiri paling belakang.

"Kok lo ikut ke sini?"

"Pengen liat mereka pingsan, kayaknya asik tuh." Jawab Sendy sambil ketawa.

"Ya...udah, ayo masuk." Gue mempersilakan mereka masuk.

"Lin, mana suami lo?"

"Bawel banget sih lo Ning."

"Aleena,"

Gue menoleh ke Hanif.

"Itu... kok lo foto sama Pak Lino mesra banget?"

Gue mengikuti arah telunjuk Hanif yang menunjuk ke bingkai foto gue dan Mas Lino yang terpajang di tembok.

GILAAA, GUE SAMPE GAK KEPIKIRAN KE FOTO DI TEMBOK!

"Jangan bilang kalo... Pak Lino itu adalahㅡ"

"MAS LINO!" Gue langsung teriak memanggil Mas Lino.

"Mas Lino??"

Kemudian Mas Lino datang membawa beberapa gelas berisi es sirup.

"Eh, udah pada dateng ya?"

"PAK LINO??!!"

Ningsih tiba-tiba terduduk lemas di bawah, untung gak pingsan.

***

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang