02 : Jebakan Kakek

2.9K 423 107
                                    

Semenjak kejadian kemarin, sekarang hidup gue gak tenteram bangeeeettt!!!

"Walaupun cuaca lagi terik banget harusnya kamu tetap all-out dong pas praktik basket, kalo udah dikasih minus 70 gini gimana, Lin?"

"Hm... Kan kata Pak Lino minggu depan aku ikut praktek susulan lagi, Ris."

"Sekarang udah bulan Nopember, satu bulan lagi kita mau melaksanakan UAS, gak lupa kan?"

Gue melirik kalender di dinding dengan penuh coretan spidol merah di setiap tanggal-tanggal penting. Siapa lagi ulahnya kalau bukan Harris?

"Enggak, gak lupa."

"Persiapkan mulai dari sekarang, jangan leha-leha. Jangan sampe nilai ulangan kamu kena remedial semua."

"Iya Ris, iya..."

"Eh? Udah jam tiga aja."

"Kamu baru sadar? Kamu dari tadi nyeramahin aku selama satu jam tiga puluh menit loh, Ris..." Gue menegakkan punggung gue yang pegel akibat dari tadi tiduran.

"Serius?"

"Ya masa aku bohong? Nih mata aku sampe beler tau gak!"

"Hehe, sorry... Udah makan?"

"Belom lah! Makan kapan dari tadi naro hp di kuping mulu."

"Kenapa gak bilang sih, Lin??"

"Gimana mau bilang orang kamunya nyerocos mulu gak kelar-kelar!"

Harris kembali ketawa, "Ya udah sana makan, habis itu istirahat ya."

"Iya."

"Bibirnya jangan manyun."

"Iiihhh, kok tau siihhh??"

"Setiap lagi bareng aku gak lepas merhatiin kamu."

"Iiihhh, Harris udah ah! Aku tebak bentar lagi juga kamu mau ngegombal."

"Gombal apanya sih... Udah sana makan, yang banyak, jangan irit nasi."

"Iya bawel. Kamu juga makan sana."

"Okay... Love you,"

"Love you too."

Akhirnya, gue bisa bernapas lega sekarang. Harris beneran gak kira-kira kalau lagi nyeramahin gue. Dia kalau lagi ceramah tuh malah lebih bawel daripada nyokap gue. Bahkan penceramah pun bisa-bisa tersaingi sama kebawelannya Harris.

Perut gue udah keroncongan, gue pun keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan.

Tapi ada satu kejadian di ruang televisi yang membuat gue menghentikan niat gue yang hendak melangkah menuju ruang makan. Di sana ada Bunda dan Ayah yang terlihat memasang raut wajah khawatir, dengan sebuah handphone di genggaman Ayah. Gue langsung nyamperin mereka karena kayaknya lagi ada hal yang gak beres.

"Yah, Bun, ada apa?? Kok kalian kayak lagi shock gitu?" Tanya gue ke mereka, Bunda langsung merangkul bahu gue dan membuat gue semakin bertanya-tanya.

"Ayo sekarang kita ke rumah sakit." Ajak Ayah tiba-tiba.

"Ke rumah sakit? Ngapain? Siapa yang sakit? Om Adly atau Tante Rania?"

"Kakek,"

"Loh, kakek kan udah meninggal!"

"Maksudnya kerabat kakek kamu." Tukas Bunda.

"Gak kenal."

"Makanya sekarang kita ke sana, kamu harus kenalan sama beliau. Ayo."

Bunda dan Ayah langsung bawa gue keluar dari rumah, kemudian kami bertiga masuk ke dalam mobil. Dan Ayah membawa kami ke sebuah rumah sakit.

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang