05 : Kamis Tragis

2.2K 384 96
                                    

Bertemu lagi dengan hari kamis, hari di mana mata pelajaran olahraga dilaksanakan. Gue baru inget tadi pagi kalau hari ini gue mau praktik ulang basket. Masih mending kalau guru olahraganya bukan Pak Lino, soalnya gue males banget ketemu sama dia lagi.

Sumpah, udah seminggu ini pikiran gue kesita sama perjodohan gue dengan Pak Lino. Yang lebih parahnya lagi, bulan depan gue mau menikah sama si guru kanebo kering itu. Gue gak tau harus gimana lagi. Dan lagi, gimana nasib gue dengan Harris nantinya? Kalau semakin dipikirin, gue semakin merasa bersalah sama Harris.

"Aleena Indira, maju. Kamu praktik ulang basket."

Baru juga diomongin, Pak Lino udah manggil gue. Lalu gue maju menghampiri dia, seperti dugaan gue, dia langsung melempar bola basket yang dibawanya ke gue. Nyebelin banget emang.

"Masih inget cara mainnya?"

"Masih."

"Oke, sana."

Dengan langkah sempoyongan, gue berjalan ke ujung lapangan. Awas aja kalau gue dikasih minus lagi, gue lempar juga nih bola ke wajah songongnya.

PRIIIITTT!!!

Begitu peluit berbunyi, gue langsung men-dribbling bola hingga ke ujung lapangan. Semangat gue membara, kalau di buku komik, kayaknya di belakang gue ada bayangan naga merah yang berapi-api. Sampai di ujung lapangan, gue langsung men-shooting bola, dan akhirnya gue berhasil memasukan bola ke dalam ring basket tanpa cacat sedikit pun.

"BERHASIIIILLLL!"

Tepuk tangan temen-temen membuat gue semakin seneng.

"Aleena, nilai praktik ulang basket kamu 90. Kamu lulus."

"Serius, Pak?? YEAAAAYYYY!!!"

"Bawa sini bolanya."

Saking senengnya, gue melempar bola basket ke Pak Lino dengan lumayan kenceng.

DUGGG!!!

"PAK LINOOOOO!!!"

Gue langsung menoleh begitu mendengar teriakan temen-temen dan mereka berlari menghampiri Pak Lino yang...

"Pingsan???!!!"

"Woi, Aleena! Gara-gara lo lempar bola kekencengan, sekarang Pak Lino pingsan!"

"Tanggung jawab lo!"

"Kalo lo kabur, kita laporin lo ke kantor polisi!"

***

"Bisa berhenti nangisnya? Dari saya bangun kamu masih aja nangis."

Gue mengusap air mata gue dengan tisu. "Pak, ampun... saya enggak sengaja. Jangan laporin saya ke polisi..."

"Ngaco." Pak Lino bangun terduduk. Dia terus mengusap darah segar yang keluar dari lubang hidungnya.

Iya, itu semua gara-gara gue. Gue gak sengaja lempar bola basket kena kepalanya, terus malah hidungnya yang mimisan. Saat ini kita berdua sedang berada di dalam ruang UKS, dan Pak Lino udah sadar sejak lima belas menit yang lalu.

"Kamu sengaja ya, nungguin saya di sini, biar kamu bolos jam pelajarannya berikutnya?"

"Pak, sekarang kan jam istirahat."

"Terus kenapa gak istirahat? Sana."

"Nanti kalo saya pergi, Pak Lino mau nelpon kantor polisi kan buat penjarain saya?"

MTMH 2 | Lee Know [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang