42

750 50 6
                                    

Sore itu setelah puas beristirahat, mereka semua berkumpul diteras belakang villa menunggu sang mentari yang akan kembali keperaduannya dengan menyisakan kenangan.

Petikan gitar akustik mengalun indah memainkan lagu Menuju Senja milik Payung Teduh menjadi penghangat suasana.

Suara gitar dan suara Farel berpadu sangat indah. Bukan hanya Farel saja, semuanya juga ikut bernyanyi. Hanya saja suara Farel yang lebih terdengar, yang lainnya hanya jadi backvocal saja.

Baru saja kuberanjak
Beberapa saat sebelum itu

Ada yang mati menuju sore
Menuju senja bersama~

Harum mawar di taman~
Menusuk hingga ke dalam sukma~
Dan menjadi tumpuan rindu cinta bersama
Di sore itu menuju senja~

Farel memetik kunci terakhir dari lagunya sebelum berakhir. Suara sorak terdengar dari teman-temannya. Bakat seorang Raffarel Elzhafran yang disembunyikan selama ini akhirnya muncul juga.

"Mantap daah, udah kaya anak senja beneran nih gue." Ucap Ariel yang bersila disebelah Farel sambil mengotak-atik ponselnya.

"Sejak kapan lo bisa nyanyi Rel?" Tanya Riani yang masih terkagum dengan Farel, namun sebisa mungkin Riani tak menampilkan raut wajah yang kagum. Takutnya Farel jadi songong. Padahal Farel bukan Ariel yang dipuji dikit langsung songong.

"Gak tau, tiba-tiba aja." Ujar Farel sambil menyimpan gitarnya dibelakangnya.

Farel membuka ponselnya yang tak henti-hentinya berdeting karena notifikasi dari instagram. Apalagi selain video dia yang sedang bernyanyi tadi dari instastory temannya.

Matahari perlahan semakin menghilang, cahaya jingga yang indah masih memenuhi langit. Semuanya nampak mengabadikan momen yang singkat itu dengan ponselnya masing-masing.

"Pemandangannya gila bagus banget disini." Ucap Rizal mengarahkan kameranya pada langit yang mulai menuju keunguan. "Yang nyari villa disini siapa?" Tanya Rizal.

"Gue." Ucap Syahira

"Keren juga Ra, lo tau tempat ini dari mana?" Tanya Ariel.

"Tantenya teman gue pernah liburan ke sini, terus katanya villa daerah sini bagus-bagus." Jawab Syahira. Semuanya hanya mengangguk paham

"Eh foto dulu yu semuanya." Ajak Putra.

Tanpa basa-basi lagi semuanya berkata. "Yu lah."

Sore pertama dari tiga sore yang akan mereka lewati disini harus diabadikan. Dan sepertinya ini akan menjadi rutinitas mereka saat sore disini.

Tak ada yang special memang, hanya duduk-duduk saja dengan obrolan santai mereka ditambah suara gitar milik Farel-- minus secangkir kopi. Namun itu mengasikan bagi semuanya.

Selesai berfoto mereka kembali dalam sebelum kegiatan mereka selanjutnya, karena matahari sudah kembali keperaduannya. Tinggalah langit yang menghampakan.

-

"Hufftt!" Shahila yang sedari tadi mondar-mandir bagaikan seterika menghembuskan nafas kesal. Shahila menatap pantulan dirinya dicermin lalu mengepalkan tangannya kuat-kuat ketika ingatanya kembali pada kejadian tadi pagi.

"Cih, berani banget mereka." Shahila berjalan ke tempat tidurnya lalu duduk dipinggiran tempat tidurnya. "Gak salah ternyata gue memutuskan buat balik kesini. Tepat waktu sekali." Ucap Shahila menyeringai.

"Senang deh rasanya hahah, kayanya gue harus nyiapin sesuatu nih buat kedepannya." Ucap Shahila tampak berfikir sejenak.

Shahila mengambil ponselnya diatas nakas samping tempat tidurnya, mencari kontak seseorang yang berjasa sekali untuk dirinya.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang