Setelah mengantar Febby pulang Rizal langsung pulang ke rumahnya juga tidak belok kemana-mana dulu. Rizal menyimpan tasnya dikursi meja belajar kemudian duduk diujung kasurnya.
Rizal mengeluarkan ponsel dari sakunya mencari kontak yang selama ini dia samarkan namanya dari papanya. Jari Rizal menari-nari pada layar ponselnya mengetikan sesuatu, tak lama dari itu ponsel Rizal berdering menandakan telpon. Dengan segera Rizal mengangkat telponnya.
"Kak?" Tanya Rizal sambil berjalan kearah balkon. "Iya kenapa?" Balas penelpon diujung telpon.
"Lo kenapa gak kasih tahu gue dulu kalau dia datang ke rumah?" Tanya Rizal tanpa basa-basi. "Dia siapa? Kalau ngomong tuh yang jelas Karizal." Jawab dari ujung telpon. "Febby." Terdengar helaan nafas bersalah dari ujung telpon. "Oh itu. Bukannya gue gak mau bilang Zal, tapi ya gue sendiri juga bingung gimana bilangnya waktu itu. Lo juga kan waktu itu lagi gak bisa dihubungin." Jelas seseorang di ujung telpon yang tak lain adalah Kakak perempuan Rizal, Karina.
Rizal berdecak kesal, "dia jadi salah paham tahu gak, mana dia marah banget lagi kelihatannya kalau dia tahu siapa gue." Ucap Rizal.
"Emang lo udah yakin itu dia? Jangan asal tebak aja, siapa tahu dia cuma kebetulan sama namanya." Karin menenangkan.
"Gue udah yakin banget kak. Tadi disekolah dia gak sengaja manggil gue dengan panggilan dia ke gue dulu, terus dia juga cerita sama gue tentang dulu disana gimana. Masa iya aja gue masih gak yakin."
Ya. Selama ini Rizal selalu menceritakan kesehariannya pada ibunya dan kakaknya yang jauh dengannya tanpa sepengetahuan papanya. "Lo jelasin baik-baik Zal, gue juga yakin dia pasti ngerti kok. Pasti. Asal lo benar-benar jelasin sejelas-jelasnya."
"Kalau gak ngerti terus ngejauh gimana?"
"Ya pasti sih."
"Lo tuh gimana sih kak. Tadi katanya bakalan ngerti, giliran ditanya ngejauh, jawab pasti."
"Dengerin dulu gue belum selesai. Nih ya pasti dia juga awalnya ngerasa marah kesal juga sama lo terus ngejauh, karena itu adalah ciri khas cewek. Kadang cewek juga ngejauh bukan karena marah kesal doang, mereka juga merenung disaat itu. Apalagi saat sendiri. Setelah itu pasti balik lagi kok. Tenang aja ada gue nanti yang bantuin lo."
"Yaudah deh."
"Sekarang yang lo perluin adalah siapin diri lo buat ngakuin dan jelasin semuanya oke? Lo laki harus gentle dong."
"Iya iyaaa. Thanks ya kak."
"Iya, dah ya gue balik kerja dulu. Ganggu waktu gue aja lo."
"Dih perasaan gue bilang kalau masih kerja gak usah, lo nya aja itu yang nelpon gue duluan."
"Ya lo bikin gue penasaran, makanya gue telpon."
"Iya dah cewek emang selalu benar."
Setelah itu telpon ditutup oleh Rizal. Rizal berbalik kekamarnya dan pergi membersihkan diri.
-
Malam ini Riani, Ariel, dan Putra menginap dirumah Farel dan Febby. Katanya ingin berkumpul lagi setelah kesibukan yang padat.
Kali ini kelimanya sudah berkumpul didepan laptop yang menayangkan film romance dari indonesia yang diperani Arbani dan Adinda. Yap. Roman Picisan movie. Entah dari mana Ariel dapatkan film ini, sebenarnya yang lain sudah menolak untuk menonton film itu. Namun Ariel tetaplah Ariel yang selalu keras kepala.
"Tadi katanya aja gak mau nonton, tapi baper sendiri." Ariel menyenggol bahu Riani yang sedang salah tingkah sendiri. "Tahu nih cabe ngapa sih." Sahut Putra sambil menarik pelan rambut Riani. "Lo pada diam deh ah berisik banget." Ucap Riani terlihat sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
Teen Fiction[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...