9

2.1K 132 0
                                    

Pukul 12.30 siang siswa-siswi diperbolehkan untuk pulang. Riani yang berencana untuk pergi kerumah Febby terlebih dahulu, mendahuluin Febby keluar kelasnya. "Fe gue tungguin dipos satpam ya, jangan lama." Ucap Riani kemudian berlalu.

Febby yang melihat kelakuan Riani hanya bisa menghela nafas. Kenapa tidak bareng saja gitu ke posnya lagian merekakan pulang satu arah, fikir Febby.

Selesai membereskan buku-bukunya dan siap untuk pergi, sekilas Febby melihat teman sebangkunya yang masih terlelap tidur. 'Ni orang kebluk banget sih, dari sebelum jam istirahat pertama lho ini tidur.' Batin Febby. Febby melihat sekeliling kelas yang sudah hampir kosong tinggal beberapa anak-anak rajin yang betah tinggal dikelas saja.

'Apa gue bangunin aja? Takutnya nanti gak ada yang bangunin, kan kasian juga.' Batin Febby lagi.

Setelah mematangkan fikirannya, akhirnya Febby membangunkan Rizal. "Zal! Rizaaal!" Ucap Febby sambil menepuk bahu Rizal berkali-kali. "Paan sih!?" Balas Rizal masih dengan mata tertutup.

Febby menghela nafas, "lo mau tidur sampe malam disini Zal? Gak akan pulang? Yang lain mah udah pada sampe rumah Zal." Ucapan Febby berhasil membuat Rizal terbangun dari tidurnya. Perlahan Rizal membuka matanya melihat seisi kelasnya.

Rizal mengucek matanya sambil menguap dan mengibakan rambutnya yang acak-acak. Febby yang melihat itu hanya bisa mematung ditempat, tak bisa mengeluarkan kalimat apapun. "Udah bubaran dari tadi?" Tanya Rizal setengah sadar. Febby hanya mengangguk.

Hening.

Rizal kemudian membereskan mejanya dan memakai hoodienya bersiap untuk pulang. Sedangkan Febby berdiam diri disebelah Rizal entah menunggu apa.

Sampai akhirnya Febby teringat Riani.

"Anjiran gue lupa. Gue duluan ya udah ditungguin." Ucap Febby buru-buru. Rizal mencekal tangan Febby, "barengan dong." Ucap Rizal membuat Febby bingung. "Kebawahnya barengan." Lanjut Rizal.

Mata Febby membulat setelah mendengar perkataan Rizal. Tanpa basa-basi Rizal menarik Febby keluar dari kelasnya. Sungguh Febby dibuat kaget oleh Rizal.

Febby berjalan selangkah dibelakang Rizal membiarkan Rizal berjalan lebih dulu dibandingkan dirinya. "Lo peliharaan gue?" Rizal membalikan tubuhnya, "ha?" Bingung Febby. Kemudian Rizal mengambil tangan kanan Febby dan menggenggamnya. "Jalan samping gue, jangan dibelakang. Lo bukan peliharaan gue." Ucap Rizal sambil melanjutkan langkahnya dan mengabaikan kebingungan dan keterkejutan Febby.

'Tuhaaan. Dia kenapa sih?  Tapi kayanya gue gak asing sama dia? Serasa pernah lihat dan ngerasa kaya akrab banget sama dia. Tapi siapa ya?' Batin Febby.

Setelah sampai diparkiran Rizal membawa Febby menghampiri motor milik Rizal, tapi Febby masih belum sadar. Sampai akhirnya Rizal menyadarkannya, "woy! Melamun terus lo, ayo naik." Suruh Rizal. "Ha? Lah? G-gue barengan sama Riani, d-dia udah nungguin gue, soalnya kita udah punya janji." Balas Febby.

Rizal membuka kaca helm fullfacenya dan mematikan mesin motornya. "Riani sama supirnya kan? Suruh dia duluan, lo gue anterin!" Rizal memerintah. "Ta-tapi.." baru saja Febby akan menolak, Rizal sudah memotongnya. "Ini perintah, naik!"

Mau tak mau Febby menuruti, 'cih dasar manusia batu,' gerutu Febby dalam hati.

Baru saja Febby duduk diatas motor jangkung milik Rizal, Rizal sudah menjalankan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata dan mengeremnya secara mendadak didepan pos satpam tepat di depan Riani juga yang menatap Rizal dan Febby tak percaya.

"Lo mau gue mati ha!?" Teriak Febby tepat di telinga Rizal. "Sorry" balas Rizal. Febby kemudian bersiap turun dari motor Rizal, namun ditahan oleh sang pemilik motornya. "Siapa suruh turun?" Tanya Rizal, "kalau gue barengan sama lo, sampe rumah gue tinggal nama kali." Jawab Febby geram. "Seenak jidat banget lo ngomong." Sahut Rizal.

"Woy apaan sih lo berdua jadi ribut!?" Kesal Riani membuat Rizal dan Febby berhenti dan menatapnya. "Lo lama amat sih Fe, abis ngapain aja sama Rizal?" Tanya Riani, "ni lagi curut satu, lo mau bawa teman gue kemana ha? Dia udah ada janji sama gue!" Cerocos Riani.

Tanpa menunggu jawaban dari keduanya, Riani menarik Febby meninggalkan Rizal. Namun cekalan tangan Rizal pada Febby menghentikan langkah Riani dan Febby. "Dia barengan sama gue." Ucap Rizal penuh perintah.

"Gak!" Balas Riani kemudian berbalik meninggalkan Rizal. Tapi cekalan Rizal lebih kuat dibanding Riani membuat Febby meringis. "Nahkan, biarin dia sama gue atau gue sakitin teman lo?" Ancam Rizal sambil menaikan sebelah halisnya, yang berhasil membuat Riani kicep. "Yeeu apaan sih mainnya ancam-ancaman gak asik lo." Balas Riani tanpa mau melepaskan Febby.

Rizal semakin kuat mencekal tangan Febby membuat Febby semakin meringis. "Aduduuh, sakit!" Febby meronta mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Rizal. "Udah deh Ri gue balik barengan dia aja." Putus Febby membuat Rizal merasa menang.

"Seriusan?" Tanya Riani ragu. "Iya udah gapapa, santai aja. Lo ikutin gue aja dari belakang oke? Takutnya gue dibawa kemana gitu." Jawab Febby. "Gue gak akan culik lo kali." Balas Rizal merasa tersinggung. "Ya siapa tahukan, soalnya muka lo tuh muka mukanya buronan tahu." Sahut Riani.

"Ish udah Ri, gak usah ladenin orang gak waras." Balas Febby. "Yaudah deh lo hati-hati ya." Ucap Riani pada Febby kemudian Riani beralih menatap Rizal, "jangan buat teman gue lecet paham? Awas aja." Ucap Riani penuh ancaman, Rizal hanya mengangkat bahunya acuh.

Riani berjalan menuju gerbang menghampiri mobilnya yang telah menunggunya sejak tadi. Dan Febby juga langsung naik ke motor Rizal. "Kalau lo bawa motornya ngebut, gue loncat entar." Ancam Febby. Rizal membalasnya dengan smrik. "Loncat aja kalau berani mah." Balas Rizal membuat Febby semakin kesal.

Rizal menjalankan motornya membelah jalanan siang itu dengan kecepatan sedang. Terik matahari yang panas disertai angin yang menerpa melengkapi kecanggungan antara keduanya. "Zal" panggil Febby tanpa disahuti sang pemilik nama karena tak terdengar.

"Rizal ih!" Kali ini Febby memanggilnya dengan sedikit teriakan.

"Apaan!?" Sahut Rizal, perlahan Rizal menutunkan kecepatan laju motornya.

"Aneh gak sih kalau gue ngerasa lo tuh gak asing bagi gue?"

Ucapan pertanyaan Febby membuat jantung Rizal berdebar seketika. "Maksudnya?" Tanya Rizal tak paham.

"Ya, kitakan baru ketemukan?"

"I-iya terus?"

"Ya menurut lo aneh gak sih kalau gue ngerasa kaya lo tuh gak asing gitu? Gue ngerasa gue pernah berbagi waktu sama lo, ngerasa lo sama gue tuh pernah dekat bahkan akrab gitu. Aneh gak sih menurut lo?"

Rizal mencerna setiap kata yang dilontarkan Febby. Mencari makna dari kalimat yang Febby ucapkan.

"Padahal gue orang yang gak gampang untuk bersosial gitu, tapi kalau sama lo, gue ngerasa kalau gue bersikap layaknya gue udah dekat banget sama lo. Bahkan dihari pertama kita ketemu."

Saat itu juga Rizal hanya bisa terdiam, entah mengapa akhirnya Rizal sadar kalau dia juga merasakan hal yang sama, merasa jika Febby tak asing sejak pertama kali matanya beradu pandang.

"Perasaan lo aja kali."

Hanya itu, itu yang bisa Rizal ucapkan untuk membalas semua ucapan pertanyaan Febby. Kalimat yang sebenarnya itu menutupi segalanya.

"Ish lo mah ah." Geram Febby kesal. Selanjutnya Rizal kembali meninggikan kecepatan laju motornya.





-

Ada yang penasaran siapa Rizal?

Rizal itu adalah.......


































My ex-boyfriend


HAHAHAHAHAH



Tapi serius gaes




Serius boongnya🤣🤣🤣🤣

Jangan lupa tinggalkan jejak ya gaes, komen jugaaaaa.

Love u para readers kuuuu💜

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang