34

939 53 5
                                    

Rizal berjalan menuju kelasnya dengan santai, bel masuk baru saja berhenti berbunyi. Rizal datang bersama teman-teman yang lainnya, Febby menyuruhnya untuk tidak menjemputnya semalam.

Sesampainya dikelas, Rizal berjalan menuju mejanya yang ternyata masih kosong tidak berpenghuni. Rizal menatap mejanya heran.

Apa Febby terlambat? Mana mungkin seorang Febby terlambat.

"Ri, Febby mana?" Tanya Rizal menghentikan obrolan Riani dengan Fani. Serentak Riani dan Fani menoleh, "yang biasa berangkat bareng Febby kan lo, ngapa jadi lo yang bertanya? Harusnyakan gue." Jawab Riani.

"Lo emang gak bareng sama dia?" Tanya Riani membuat Rizal membuang nafas kesal/?

"Kalau gue bareng sama Febby, udah dari tadi dia di samping gue, dan buat apa gue nanya sama lo?" Jawab Rizal sarkastik.

"Yeuuu makanya goblok tuh jangan divitaminin Ri." Canda Fani yang langsung mendapat toyoran dari Riani.

Rizal duduk dikursi miliknya, sepertinya Riani juga tak tahu alasan Febby tak sekolah.

Rizal membuka ponselnya, melihat roomchatnya dengan Febby. Pesannya tadi pagi belum ada balasan dari Febby. Apa yang terjadi sebenarnya?

Fokus Rizal jadi pecah, pada pelajaran dan Febby tentunya.

-

Farel duduk diatas motornya menanti seseorang. Sudah sepuluh menit yang lalu Farel menunggunya tapi tak kunjung keluar juga, padahal tadi di chat bilang sebentar lagi.

"Suka dadakan gitu kalau ngajak, kenapa sih?" Kesal Luna saat melihat Farel yang sudah siap dimotornya.

"Yang dadakan suka, enak. Contohnya tahu bulat." Jawab Farel ngawur. "Apaan sih gak nyambung."

Farel hanya tertawa melihat Luna yang kesal karenanya. "Temenin gue bolos." Ajak Farel, ah bukan mengajak sih itu namanya. Lebih seperti memaksa.

"Bolos? Lo gila?" Luna membuang nafasnya pelan, mencoba untuk tenang dan sabar seperti air mengalir. "Rel, lo tuh udah kelas dua belas, lo tingkat akhir sekolah, jangan bolos-bolos kenapa sih, ini tuh udah bukan waktunya lo bolos-bolos tau." Ucap Luna yang entah itu didengar oleh Farel atau tidak.

"Gue udah pinter, santai aja. Lagian gue lagi gak mau masuk."

"Ya tapi jangan bolos juga Rel.."

Farel terlihat membuang nafasnya, "Mau ikut atau nggak? Kalau nggak gue pergi sendiri." Ucap Farel akhirnya dengan menatap Luna.

Luna mencoba mengartikan tatapan Farel. Luna sebenarnya tahu, apa arti bolos bagi Farel. Luna mengerti Farel. Ada sesuatu yang menjadi masalah sepertinya.

Karena tak mau terjadi apa-apa akhirnya Luna mengangguk dengan setengah hati.

Sebelum naik ke atas motor Farel, Luna mengabari temannya bahwa dia tidak bisa hadir hari ini dengan alasan ada kepentingan mendadak.

Luna tak tahu akan dibawa kemana dia oleh Farel, biasanya Farel akan membawanya keliling-keliling jalanan berhenti di tukang bubur untuk sarapan lanjut lagi jalan berkeliling, atau mampir kepasar untuk melihat-lihat interaksi di pasar. Kegabutan yang luar biasa.

Namun kali ini Farel membawanya ketempat yang Luna sendiri tidak tahu, jalannya terasa asing bagi Luna. Farel membawanya ke daerah kompleknya, tapi Luna sendiri tak tahu bagian mana. Luna mencoba untuk tidak berpikiran macam-macam.

Farel memberhentikan motornya didekat sebuah lapang tenis yang usang, seperti tidak pernah dipakai lagi. "Gak usah takut, masih sering ada yang datang kesini buat main kok." Farel menggenggam tangan Luna.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang