28

972 55 3
                                    

"Apa yang sebenarnya gue gak tahu?" Tanya Farel menatap kedua sahabatnya dengan tatapan mengintimidasi. Putra dan Ariel hanya berdiam enggan untuk mengungkapkan.

"Jahat banget lo berdua!" Suara Farel lebih meninggi dari sebelumnya membuat Putra dan Ariel tersentak.

"S-sorry Rel, bukan maksud kita nyembunyiin. Ta-tapi...." suara Ariel yang bergetar menggatung ucapannya. "Tapi apa!?" Tanya Farel tegas.

"Ini kesepakatan kita buat nyembunyiinnya dari lo sampai waktu yang tepat." Kali ini Putra yang menjawab. "Bukan kemauan kita Rel buat nutupin semuanya dari lo Rel. Tapi emang ini kemauan cewe yang udah bikin lo jauh dari Febby." Jelas Putra membuat Farel lebih bingung.

Farel mengerutkan dahi bingung, "maksud lo?" Tanya Farel bingung. Putra menatap Ariel seolah meminta persetujuan, tapi Ariel hanya mengangkat bahu bingung.

Putra menghela nafas otaknya terus memaksa untuk jujur kali ini. Tapi Putra juga kembali berpikir, bukan haknya dia. Masih ada kedua orang tuanya yang harus menjelaskan semuanya.

Farel menatap Putra dan Ariel, menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut keduanya. Entah berupa sanggahan ataupun sebuah fakta yang nantinya mengejutkan Farel

"Sorry Rel, tapi gue gak bisa. Gue takut apa yang gue katakan terlalu berlebihan atau mungkin kurang tepat. Lebih baik lo tanya sama nyokap bokap lo atau mungkin Febby." Ucap Putra.

Ariel disisi Putra hanya mengangguk-ngangguk saja apa yang diucapkan Putra, karena Ariel sendiri bingungbharus bagaimana.

Farel berdecak kesal, "kenapa? Kenapa harus dari keluarga gue? Kenapa gak kalian duluan?" Tanya Farel.

"Rel, lo tahukan, keluarga itu nomor satu. Kita juga gak mungkin mengungkapkan tanpa seizin mereka, gue cuma takut langkah gue salah." Ucap Putra yang lagi-lagi hanya diangguki oleh Ariel.

Farel mengacak rambutnya frustasi kemudian berdiri dari duduknya dan pergi tanpa mengatakan apapun pada Putra dan Ariel.

Putra dan Ariel menghembuskan nafas lega saat Farel pergi menjauh. "Lo sih ah, pake bilang Shahila sepupuan sama Syahira lagi, kan ribet jadinyakan." Kesal Ariel

"Lo juga ngapa nyuruh si Farel ke sini? Gue kan gak suruh." Putra balik kesal.

Farel membanting pintu kamarnya hingga menimbulkan suara gaduh hingga kamar Febby. Febby yang terkejut hanya menghela nafas sambil kembali memakai cream malam diwajahnya.

"Kenapa lagi coba," gumam Febby menggeleng kepalanya.

Dikamarnya Farel masih mencoba meredakan kekesalannya. Farel mendudukan dirinya dipinggiran tempat tidurnya.

Otaknya terus berpikir, apa yang sebenarnya terjadi dimasa lalu? Apa yang sebenarnya disembunyikan semua orang sampai hanya Farel tak tahu?

"Argh.. anjing!" Geram Farel menjambak rambutnya dan langsung ditegur oleh Febby yang entah kapan sudah hadir diambang pintu kamar Farel. "Heh mulutnya!" Tegur Febby namun tak Farel gubris.

"Kenapa?" Tanya Farel ketus, "lo yang kenapa? Datang-datang tiba-tiba banting pintu gitu." Ujar Febby.

"Bukan urusan lo, sana!" Usir Farel yang kemudian dituruti Febby.

Febby mendengus kesal menutup pintu kamar Farel lalu kembali ke kamarnya.

Dengan cara apa gue harus cari tahu? Batin Farel.

Lelah berpikir akhirnya Farel memutuskan untuk tidur.

-

Farel menatap kosong kearah lapangan yang sedang digunakan anak kelas sepuluh berolahraga di depan kelas Febby. Kelas Farel sedang jamkos, entah gurunya kemana. Padahal kelas dua belas semestinya harus lebih padat belajarnya.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang