45

794 53 40
                                    

Semenjak malam itu, pesan-pesan dari nomor tak dikenal jadi sering mendatangi Febby. Hampir setiap hari Febby menerima pesan itu dengan kalimat-kalimat manis namun mengerikan.

Febby belum menemukan siapa oknum dibalik pesan-pesan itu, tapi Febby dapat menebaknya siapa dia.

Sampai saat ini juga Febby masih menyembunyikan pesan itu dari yang lainnya. Jadi hanya Febby sendiri yang tahu.

"Libur 2 minggu gak kerasa apa-apa, singkat banget perasaan." Keluh Riani membanting botol yakult yang sudah habis kedalam tempat sampah.

"Dikasih libur dua minggu ngeluh gak puas, entar kalau dikasih libur setahun minta sekolah lagi." Ucap Febby yang sebenarnya juga merasa tidak puas dengan liburnya.

Mereka berdua menuju jalan pulang setelah membeli beberapa cemilan yang di indomaret yang tak jauh letaknya dari rumah Febby.

"Bengong aja lo, ngapa sih?" Tanya Riani menyenggol pelan bahu Febby.

"Apa sih, bengong apaan ngga juga."

"Keliatan banget muka lo, banyak pikiran ya lo?"

"Riri dan sok tau adalah pasangan yang tak bisa dipisahkan." Ucap Febby. "Gue balik ya, entar malam aja lo ke rumah kalau mau." Lanjut Febby yang sudah terlihat lesu.

"Hih, lo mah. Yaudah, entar kalau gabut gue kerumah lo."

Setelah itu keduanya berpisah di belokan. Febby berjalan lurus dan Riani berbelok kanan.

Febby menutup pagarnya, berjalan santai kedalam rumahnya yang sepi. Citra sedang tidak dirumah, Andra sudah pasti bekerja. Hanya ada Farel yang masih setia rebahan didepan televisi.

Febby melewati Farel begitu saja menuju kamarnya.

"Fe" panggil Farel dengan posisi yang tak berubah.

"Apa?" Sahut Febby yang sudah memberhentikan langkahnya ditengah tangga.

"Darimana?" Tanya Farel.

Tanpa bersuara Febby mengangkat plastik indomaret yang digenggamnya. Lalu Farel kembali fokus pada ponselnya.

"Eh Fe." Panggil Farel lagi, yang membuat Febby kembali berhenti.

"Apa lagi?"

"Bagi pringles."

"Enak aja, beli sendiri."

"Itu lo punya dua, bagi satu." Ucap Farel yang kini sudah duduk.

"Gaak!"

Febby kembali berjalan menuju kamarnya, menghiraukan Farel yang terus berteriak.

Febby menyimpan dompet dan makannya ditempat yang aman. Karena jika Farel tahu Febby ada makanan, dia pasti akan masuk kamar Febby tanpa sepengetahuan Febby. Untuk mengambil makanan itu.

Mengambil satu snak dan minuman, lalu Febby kembali turun dan bergabung bersama Farel.

"Pedit banget minta satu doang gak boleh." Ucap Farel sambil mencomot isi snak yang sedang dimakan Febby.

"Punya duit sendirikan lo, beli aja sendiri." Balas Febby.

"Tau lo ke indomaret, gue nitip dah"

"Gak buka jasa titip ya mas, maaf."

Keduanya kemudian sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Farel sedari tadi sibuk bermain game diponselnya. Febby sendiri menonton youtube lewat televisinya. Apalagi yang Febby tonton jika bukan streaming mv.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang