Rizal menyusuri koridor lantai tiga bersama dengan Gama yang tak henti-hentinya berceloteh. Jam KBM masih berlangsung, kelas Rizal masih dijamnya Bu Hani lumayan tinggal tersisa 20 menit lagi untuk menikmati jamkos sebelum lanjut ke pelajaran berikutnya.
Selepas dari tugas yang diberikan Bu Hani tadi, Gama mengajak Rizal menuju toilet. Bukan untuk buang air sih sebenarnya, Gama hanya bosen dikelas apalagi tugasnya sudah selesai jadi ya mau apa tinggal dikelas pikir Gama.
Biasanya patner Gama keluar kelas itu Diki, namun tadi Diki sedang asik bermain game bersama Zae dan Wildan yang tidak bisa diganggu. Sebelum mengajak Rizal Gama sudah berniat mengajak Agus karena dia pikir Rizal akan menolak, karena Rizal biasanya gitu.
"Jalan-jalan yuk kelantai dua." Ajak Rizal saat Gama keluar dari bilik salah satu kamar mandi. Ajakan Rizal sukses membuat Gama terkejut, pasalnya Rizal memang manusia yang paling sulit diajak keluar kelas selain istirahat. Istirahat juga kalau dia mager gak akan keluar walaupun dia lapar. "Lo gak sakit kan Zal?" Tanya Gama bingung, "kalau gue sakit gak mungkin gue ada disini, gue bakalan tiduran kali dirumah sakit." Balas Rizal yang kembali membuat Gama terkejut.
"Ayo buruan mumpung masih ada waktu nih," lanjut Rizal sambil berlalu meninggalkan Gama, "gue yang baru tahu apa dia yang berubah sih?" Gama bermonolog. Setelah itu Gama mengikuti langkah Rizal.
Rizal dan Gama berjalan berdampingan di koridor lantai dua area kelas duabelas. Bukan apa-apa sih ya, cuma Gama tuh masih agak segan gitu sama kakak kelas walaupun dia terkenal pencicilan di kelas dan diangkatannya, tapi ya tetap aja gitukan yang nama kakak kelas suka merasa paling senior.
"Zal?" Panggil Gama, Rizal bergumam.
"Gue ngerasa sekarang lo berubah." Ucap Gama.
"Perasaan lo aja kali, b aja gue mah." Balas Rizal sambil berjinjit-jinjit melihat kedalam ruang kelas lewat jendela. Gama memperhatikan gerak-gerik Rizal, memperhatikan dari atas sampai bawah penampilan Rizal. "Apasih Gam lihat-lihat?" Tanya Rizal sedikit risih.
Gama menggeleng pelan, "seriusan lo berubah Zal, berubah banget ini mah. Gue yakin nih ya anak-anak disini pasti merasakan perubahan seorang Rizal." Ucap Gama mendramatisir.
Rizal menghela napas, "apa emang yang berubah dari gue?" Tanya Rizal saat berbelok menuju tangga arah lantai tiga. Sesaat Gama berhenti, kembali memperhatikan semua gerak-gerik Rizal. Rizal menoleh saat merasa Gama tak mengekorinya lagi.
Gama langsung berlari menghampiri Rizal yang sudah terpaut jarak 5 meter dengannya, "gue harus cari tahu nih siapa yang buat lo berubah kaya gini." Ucap Gama sambil menepuk bahu Rizal, membuat Rizal menggeleng tak paham dengannya.
Rizal dan Gama kembali ke kelasnya, namun diujung pintu Gama berhenti saat matanya tak sengaja mendapati Febby yang sedang asik memandang keluar jendela dari tempat duduk Rizal.
Senyuman menggoda tercetak dibibir Gama, "ngapain sih lo ngalangin jalan? Minggir, pake senyam-senyum segala lagi." Ucap Rizal sambil mendorong-dorong tubuh Gama. "Heheh, kayanya gue tahu siapa yang berhasil buat lo jadi berubah." Ucap Gama belaga sok tahu, Rizal mengangkat sebelah halisnya. "Diakan?" Tunjuk Gama pada Febby yang sedang asik dengan pemandangan diluar jendela.
Entah tarikan dari mana, bibir Rizal tertarik untuk membentuk lengkungan manis. "Nahkan senyum, benar ya gue?" Goda Gama. "Apaan sih lo" balas Rizal salting, "nahloh ngapa jadi lo yang salting?" Sekali lagi Gama menggoda Rizal.
"WOY SI RIZAL LAGI KASMARAN NIH!" Tiba-tiba Gama teriak dari ujung pintu yang membuat seluruh anggota kelas menatapnya, untung saja keadaan kelas tadi sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing jadi kemungkinan tidak ada yang mendengar jelas teriakan Gama tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
Teen Fiction[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...