Farel dan Riani sampai di belakang sekolah. Seprivasi itu emang ya bagi Farel masalah ini.
"Jadi apa yang mau lo omongin?" Tanya Riani.
Fare diam, menatap rerumputan liar dihadapannya. Riani masih menunggu Farel bicara, namun sampai sepuluh menitnya Farel tak kunjung bicara.
"Mau ngomong apa sih Rel? Buruan deh" kesal Riani karena yang dilakukan Farel hanya melamun selama sepuluh menit itu membuat Riani merinding jugakan.
Farel mengacak rambit frustasi, diotaknya sudah banyak pertanyaan yang dia pikirkan namun entah kenapa lidahnya tiba-tiba kelu. Padahal yang dihadapannya ini Riani yang memang sahabatnya dari kecil, bukan Luna yang selalu bikin hatinya seperti club malam.
"Rel kalau lo gak ngomong gue balik nih." Ancam Riani yang siap berbalik. "Tunggu." Farel menahan tangan Riani.
"Ya udah buruan lo mau ngomong apa? Jangan bikin gue penasaran deh." Kesal Riani. "Apa lo mau nembak gue terus lo grogi gitu? Aduh Rel tapi sorry nih, sorry banget ya tipe gue tuh bukan yang kaya lo. Gue tuh nunggu yang kaya Rey gitu. Ta'arufan gitu" Tebak Riani asal dengan percaya dirinya.
"Apaan sih, geer banget idup lo pantesan gak ada yang mau." Sahut Farel.
"Yeuh onta, makanya buruan apaan sih. Kesal nih gue lama lama."
"Febby."
"Ha?"
"Budek lo?"
"Ck. Ya maksud gue tuh kenapa, kenapa sama si Febby? Gak peka banget lo jadi cowo, makanya lo tuh gak usah dingin dingin banget dah sok cakep banget deh. Eh tapi lo emang cakep sih Rel, tapi kalau kata gue enggak soalnya gue gak suka cowo dingin."
Farel menghela nafas mendengarkan Riani mengoceh tak jelas. "Jadi kenapa sih?" Tanya Riani lagi.
"Lo tahu apa alasan Febby pindah dulu Ri?" Tanya Farel sukses membuat Riani kehilangan kata.
Yang tadinya Riani mengoceh terus kini senyap, tak ada suara apapun yang keluar dari mulut Riani.
"Gue tahu lo pasti tahu Ri." Desak Farel dan Riani sekarang benar benar dibuat gelagapan. "Ya-ya.. iya gue tahu, t-tapi.." Riani menggantungkan kalimatnya.
"Putra dan Ariel bilang mereka gak bisa bilang sama gue, mereka bilang biar gue tahu semuanya karena nyokap bokap gue. Apa lo juga bakalan bilang gitu?"
Riani menghela nafasnya, berusaha tetap santai. "I-iya Rel, tapi dengerin dulu." Riani berusaha menahan emosi Farel.
"Kenapa sih lo semua gak bilang aja? Kenapa harus nyari alesan yang gitu gitu? Apa salah kalau gue tahu dari kalian?" Emosi Farel sudah dipuncak dan sebentar lagi akan meledak.
"Karena kita juga sama gak tahu lebih dalam Rel, makanya kita gak mau ngasih tahu. Takutnya cerita yang kita tahu itu malah bukan inti dari ceritanya. Dan yang tahu itu cuma nyokap bokap lo dan Febby. Gue yakin Febby pasti tahu."
Farel menjambak rambutnya, dia bersandar pada tembok dan tubuhnya perlahan turun. Terlihat sangat frustasi.
"Saran gue, kalau lo emang pengen tahu jawaban dari pertanyaan lo itu. Lo harus lebih dekat dengan Febby, kembali jadi Farel yang selalu melindungi Febby."
"Tapi gue gak bisa" lirih Farel, "bisa Rel. Gue yakin lo bisa. Gak ada yang gak bisa didunia ini kecuali emang lo gak mau memulai." Ucap Riani.
"Kasih gue waktu?" Pinta Farel.
Riani mengangkat bahu, "lo gak sayang sama Febby? Cepat atau lambat Febby bakal dalam masalah Rel, lo yakin mau menunda?"
"Tapi gue gak yakin bisa Ri."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
Teen Fiction[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...