16

1.4K 77 2
                                    

Jam menunjukan pukul 23.53 malam. Setelah kejadian di ruang keluarga tadi Febby tidak bisa tidur. Bagimana tidak, sikap Farel sungguh berubah 180⁰ setelah Farel bersikap dingin dan acuh pada Febby.

"Stres nih gue lama-lama. Mikirin sesuatu yang bikin gue bingung, menerka-nerka sendiri. Dahlah tidur aja tidur!"

Febby kemudian memejamkan matanya, namun lima detik kemudian mata Febby kembali terbuka. "Argh, gak bisa tidur kan aaaah!" Geramnya, helaan nafas kesal berhembus, "udah dong ah gue gak mau mikirin sesuatu yang bikin gue berharap kepanjangan terus akhirnya malah ngecewain. Udah ya udah tidur." Ucapnya meyakinkan diri sendiri berharap sebelah mengucapkan itu Febby bisa jatuh tidur.

"Lagian kenapa sih Farel bisa kaya gitu. Kemarin-kemarin aja susah diajak damai!" Gerutu Febby, "untung besok terakhir sekolah." Lanjutnya masih kesal.

Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka tanpa aba-aba membuat Febby terkejut, menampilkan seorang pria didaun pintu. Siapa lagi kalau bukan Farel. "Bangsat, gue kaget anjirlah." Ucap Febby sambil melempari bantal kearah Farel, untung saja Farel sigap menangkap bantal itu. "Lambe lo minta dicabeiin ya Fe," ucap Farel sambil melangkah mendekati Febby.

"Kenapa?" Tanya Farel. Febby melongo bingung, "hah?" Farel berdecak bingung. "Lo kenapa belum tidur? besok sekolah woy." Farel mengingatkan.

'Salah siapa lo bikin gue gak bisa tidur' batin Febby geram. "Gak bisa tidur, nah lo sendiri kenapa gak tidur?" Febby bertanya balik. "Lo berisik" jawab Farel membuat Febby mematung.

'Astaga, kedengeran? Ya Ampun gimana ini?'

"Y-ya maaf lagian gak bisa tidur sih, kesal kan jadinya." Elak Febby. Sebenarnya Farel juga tak mendengar jelas apa yang diteriaki Febby cuma ya kedengeran dikit-dikit gitu teriakannya. "Oh, gue temani deh. Minggir dikit!"

Febby masih tak percaya dengan sikap Farel yang mendadak hangat. Perlahan Febby menggeserkan posisinya memberi lahan untuk Farel. Farel kemudian berbaring disamping Febby yang masih terduduk. "Udah ayo tidur udah jam dua belas lewat nih." Ucap Farel yang sudah tak kuat menahan kantuk. Febby akhirnya ikut berbaring disisi Farel, berhadapan dengan Farel.

'Maaf kalau gue tiba-tiba seperti ini. Gue cuma gak tahu harus bersikap kaya gimana, makasih juga buat Luna yang udah bikin gue seperti ini.' Batin Farel

'Gue bingung sebenarnya, tapi gue juga senang akhirnya lo nerima gue lagi. Sabar ya Rel perlahan gue bakalan jelasin sama lo kok yang sebenarnya. Maaf.' Batin Febby

Febby sekilas tersenyum, "dih ngapa senyum, nyerimin tahu gak." Ucap Farel disertai kekehan saat melihat Febby tersenyum, "yeu orang cantik mah bebas dong. Wleee" balas Febby. "Orang cantik jam segini harus tidur. Udah cepat tidur!" Farel tak mau kalah, tawa ringan terdengar indah dari keduanya. Tak lama kemudian mata mereka sama-sama terpejam.

-

"Ya ampun pantesan aja Farel dicari dikamar gak ada. Disini ternyata." Citra menggeleng kepala didaun pintu kamar Febby saat mendapati Farel dan Febby yang masih meringkuk ditempat tidur dengan selimut yang masih menyelimuti keduanya.

Citra membuka gordeng dan membuka jendela kamar Febby membuat angin pagi yang dingin masuk. "Ayo bangun Rel, Fe. Udah siang ini, kalian bisa telat entar ayo!" Suara Citra memenuhi ruang kamar Febby. "Lima menit!" Jawab Farel dan Febby berbarengan. "Gak. Gak ada lima menit lima menit! Ayo bangun Rel, mandi dikamar mandi kamu!" Tegas Citra.

Dengan jiwa yang masih hilang Farel bangun meninggalkan kamar Febby, "jangan tidur lagi." Tegas Citra sekali lagi pada Farel. "Nah ini anak gadis satu, ayo cepat bangun!" Tegas Citra Kali ini pada Febby. "Tiga menit lagi Ma," ucap Febby sambil membenarkan posisi selimbutnya.

"Astaga, gak. Ayo cepat bangun!" Kali ini Citra menyibakkan selimut dari tubuh Febby, memaksa Febby bangun dari tempat tidurnya. "Ish Mama mah." Febby terpaksa bangun. "Masa udah ada yang jemput kamu masih bau gini ih." Ucap Citra yang membuat Febby melotot. "Siapa Ma?" Tanya Febby.

Bukannya menjawab Citra malah mengangkat bahunya sambil meninggalkan Febby menuju kamar Farel. Barulah Febby buru-buru menuju kamar mandi karena jam juga sudah menunjukan pukul enam kurang sepuluh menit.

Citra melangkah menuju kamar Farel memastikan Farel tengah bersiap. Tapi tak semudah itu. Sepulangnya dari kamar Febby, Farel kembali membaringkan tubuhnya ditempat tidurnya melanjutkan dunia mimpinya.

"Fareel!"

"Apa lagi Ma? Mama tuh ya kebiasaan, ini tuh masih subuh tahu." Ucap Farel tanpa membuka matanya. "Subuh dari mana sih, udah jam enam ini Rel!" Citra menggeleng melihat kelakuan putra sulungnya. Farel membuka matanya perlahan sambil mengumpulkan nyawanya. "Masa wakil ketua OSIS kaya begini sih. Pemimpin itu harus disiplin, masa iya pemimpin kesiangan gini."

"Iya Ma iya nih aku udah melek nih" Farel sengaja membukakan matanya lebar-lebar membuat Citra tersenyum geli, "ih ada-ada aja kamu Rel. Udah sana cepat mandi!" Ucap Citra kemudian melangkah pergi.

Tiga puluh menit berlalu Farel dan Febby berbarengan turun dari kamarnya. Febby kaget ketika melihat Rizal sudah bersama Citra diruang makannya. "Lo pacaran Fe sama dia?" Tanya Farel sambil memasang dasinya, "nggak" jawab Febby. "Alah bohong lo" Farel seakan tak puas dengan jawaban Febby  "serius, gak percayaan banget ish" balas Febby

"Mereka tuh emang harus digituin kalau susah dibangunin Zal." Sayup-sayup obrolan Citra dengan Rizal terdengar diujung tangga. "Oh iya tante?" Citra kemudian mengangguk, "kayanya mereka tidur larut malam makanya susah dibanguni." Jelas Citra.

Febby dan Farel memasuki ruang makan. "Apaan sih Mama gosipin Farel mulu" ucap Farel sambil menarik kursi. "Apaan sih kamu ge'er banget." Balas Citra membuat Febby tertawa padahal Febby sendiri juga ikut digosipin. "Udah ah cepat makannya nanti terlambat lagi, udah jam setengah tujuh tuh." Citra mengingatkan.

"Heh bocah" panggil Farel pada Rizal. "Apaan sih Rel, dia punya nama kali." Ucap Febby

Farel meminum susunya sebelum membalas ucapan Febby, "dia aja nengok dipanggil bocah." Sahut Farel, "ya gak usah manggil bocah juga kali, lo kata dia anak SD apa." Farel berdecak, "nama lo siapa?" Tanya Farel akhirnya, "Rizal" jawab Rizal.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Farel seperti mengintrogasi Rizal, "ya gapapa kali Rel" yang menjawab malah Febby. "Gue gak nanya sama lo Ropeah." Kesal Farel.

"Weh, pencemaran nama baik itu. Gue tuntun lo Rel. Nama gue udah Mama Papa kasih bagus-bagus lo main ganti aja huu" ucap Febby.

"Ya maaf, lagian lo ngeselin banget gue nanya siapa yang jawab siapa." Farel tak mau kalah.

"Lo kenapa kepo?" Tanya Febby

"Ya kan gue sebagai abang lo harus tahu maksud cowo yang datang ke lo. Secara kan gue abang yang baik gitukan." Ucap Farel bangga.

"Heleh, emang lo masih mau jadi abang gue ternyata hahah" canda Febby. Namun Farel malah terbawa suasana, "maksudnya?" Farel merasa tak enak, "hah? Ngga gapapa, lo emang abang yang baik kali Rel dari dulu" ucap Febby dengan senyuman.

Farel membalasnya dengan smrik lalu meninggalkan Febby dan Rizal yang masih menghabiskan sarapannya, "Farel berangkat" ucap Farel dengan intonasi terdengar kesal. Febby yang melihat itu hanya mampu memandang Farel yang semakin menjauh dengan tatapan sulit diartikan.

Sedangkan Rizal, dia merasakan sesuatu yang akhirnya dia temukan. Jawaban dari semua tanda tanyanya.


-

Nahloh baru juga baikan ya):

Terus apa ya yang Rizal temui? Mantan?

Heheheh mantan mulu dah pikirannya, udah ada yang baru juga heheh. Shombong amat.

Pokoknya tinggalin jejak ya biar aku cepat buat update karena semangat👌

Kelamaan gasih klo updatenya seminggu sekali? Takutnya kalian jadi lupa alur gitu ditinggal seminggu. Niatnyaa sih aku pen update seminggu dua kali, gimna kalian kalian setuju ga?

Terimakasih🤗

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang