Setelah berganti pakaian dengan pakaian santai, Farel menghampiri Luna yang sedang asik bersama Citra memasak. "Eh iya Febby mana ya?" Tanya Citra menyadari matanya tak menangkap putrinya. "Lagi galau dia Ma," jawab Farel sambil mengambil sebuah apel di meja makan.
"Kenapa dia? Pacar halunya dating? Apa suami-suami halunya yang dating?" Tanya Citra membuat dua remaja didepannya kebingungan. Ah tidak. Lebih tepatnya kaget.
"Mama?" Panggil Farel ditengah keterkejutannya, "apa?" Balas Citra sambil sibuk dengan wajannya. "Sejak kapan Mama ngerti dunia perkpopan?" Tanya Farel mewakili yang ada dibenak Luna saat itu. "Sejak adik mu sering bercerita sama Mama." Jawab Citra santai.
"Waaaah! Jangan-jangan Mama juga ikut-ikutan kpop-kpopan ya!? Plis deh Maaaa. Ingat umur Ma!" Ucap Farel tak santai.
"Ya enggaklah Rel, masa Mama sukanya sama brondong. Kalau yang jadi Lee Tae Oh boleh tuh lumayan." Ucap Citra menyebutkan salah satu pemain drama korea The World Of The Maried Couple disertai cengirannya membuat Farel menghela nafas.
"Ya Tuhan Mamaaaa" geram Farel, "udah ah Farel mau kebelakang dulu." Lanjut Farel melangkah kaki pergi meninggalkan dua perempuan yang sedang asik didapur dengan peralatan masak.
"Ih Farel kenapa sih. Eh kamu tahu gak Lun, drama korea yang selingkuhan itu?" Tanya Citra tiba-tiba. "Hmm.. Luna gak suka nonton drama korea tante hehe." Jawab Luna takut-takut.
"Oh gitu? Padahal rame lho Lun filmnya, tante tuh greget banget nontonnya beneran. Kadang kepengin banget jitak orang-orang yang berkhianatnya, tapi ada sedihnya juga lho filmnya." Ucap Citra gemas.
Menyadari obrolan yang tak Luna pahami, Luna mempercepat memotong sayurannya. "Udah selesai aku potongin nih tan, aku mau samperin dulu ya tan." Ucap Luna menyudahi kegiatannya dan menyudahi obrolan yang tak akan ada habisnya jika membahas perkorean. "Oh yaudah sana, bentar lagi juga selesai kok ini." Balas Citra.
-
"Farel!?" Luna memanggil Farel kemudian menghampirinya. "Rel lo-" Luna menghentikan kalimatnya saat melihat benda yang terselip diantara jari telunjuk dan jari tengah Farel. "Lo masih nyebat!?"
Bukannya menjawab pertanyaan Luna, Farel malah dengan entengnya meniupkan asap rokoknya ke arah Luna. "Ish Farel!" Sentak Luna. "Maaf, maaf."
"Jadi?" Tanya Luna meminta penjelasan. "Gue butuh penenang Lun." Jawab Farel akhirnya. "Apa gunanya lo punya teman kalau itu yang bisa jadi penenang lo?" Tanya Luna menunjuk sebatang rokok yang dipegang Farel.
Farel mengangkat bahunya dan melanjutkan menghisap rokok, "teman itu gak bisa dipercaya gitu aja Lun." Ucap Farel membuat Luna bingung. "Berarti gue juga gak bisa lo percaya dong?" Tanya Luna.
Farel mengeleng lalu membuang rokok yang masih lumayan panjang lalu menginjaknya. "Kenapa lo berpikiran kaya gitu?" Tanya Farel balik, "karena.. gue teman lo kan?" Jawab Luna.
"Gak, lo bukan teman gue" ucap Farel enteng
"Terus?"
Luna menatap Farel penuh harapan. Farel balik menatap Luna seolah berfikir.
Kemudian Farel menjawab, dengan perkataan yang sukses membuat Luna seolah kehilangan kata-kata. "Lo, perempuan yang harus gue jaga setelah adik dan mama gue." Ucap Farel.
Luna diam membisu setelah mendengarnya, entah dia harus seperti apa kali ini. Terlihat dari tatapan Farel menyiratkan ketulusan. "T-tapi.. emang gue siapa lo?" Ucap Luna lirih.
Luna merasa Farel terlalu berlebihan. Luna fikir, Farel hanya akan menganggapnya sebatas sahabat, atau paling tidak sebagai adik?
Tapi yang Luna tangkap dari ucapan dan tatapan Farel itu lebih dari sekedar sahabat atau adik.
Farel diam sejenak, kemudian kembali berkata. "Gak tahu. Tapi yang gue merasa, kalau gue bertanggung jawab buat jagain lo." Ucap Farel kini lebih tegas.
Kali ini Luna benar-benar diam. Lidahnya kelu, mulutnya seakan terkunci. Sampai air mata turun perlahan tanpa seizinnya membasahi pipinya.
Farel yang melihat itu menjadi shock, namun Farel berusaha untuk terlihat kalem. "Hey kok nangis?" Tanya Farel. Luna kemudian tersadar dan mencoba tersenyum menghapus jejak air matanya.
"Gapapa. Gue cuma.. gue gak tahu harus berterima kasih dengan cara gimana sama lo Rel. Lo yang udah selalu siap untuk menemani gue."
"Udah gue bilangkan Lun, gue merasa itu udah jadi tanggung jawab gue buat jagain lo. Jadi, gue harus selalu siap untuk menjadi sandaran lo, pegangan lo, pendengar lo. Gue harus siap untuk itu."
"Makasih Rel, makasih lo udah mau menemani gue dari masa sulit gue dulu hingga masa sulit gue sekarang."
"Ini nih yang paling gue kesal." Ucap Farel memalingkan wajah dari Luna. "Apa?" Tanya Luna.
Farel memegang kedua bahu Luna, "dengar gue Lun. Lo jangan terus-terusan berfikir hidup lo sulit, kehidupan itu bagai roda yang berputar. Gak selamanya hidup lo selalu dibawahkan." Luna mengangguk.
"Jangan terus mengenang masa lalu Lun, lo boleh mengenangnya untuk jadiin pelajaran. Tapi lo gak boleh terus menerus mengenangnya sampai-sampai lo samakan dengan kehidupan lo yang sekarang." Lanjut Farel.
Luna menunduk, merasa malu menatap Farel. "Lihat gue." Titah Farel, namun Luna tetap menunduk, "Luna." Desak Farel.
Akhirnya Luna mengangkat wajahnya pelan. "Gue tahu masa lalu lo gak sulit untuk lo lupain, tapi gue mohon, biarkan itu menjadi masa lalu. Jadikan itu pelajaran bagi lo untuk maju, percayalah kalau itu gak akan terjadi lagi. Dan,"
Farel menggantukkan kalimatnya membuat Luna menunggu, "Dan apa Farel?" Tany Luna penasaran.
"Dan gue bakalan ada disamping lo, berjalan beriringan bersama lo."
Dan yap. Luna kali ini benar-benar lebih dibuat bungkam, ditambah lagi jantungnya yang berdetak berkali-kali lebih cepat juga bisa dipastikan pipinya yang sudah memerah bagaikan tomat.
Moment yang sungguh amat romantis penuh drama.
Sampai akhirnya semuanya buyar ketika teriakan Febby mengacaukan segalanya.
"WOY NGAPAIN TUH DIPOJOKAN!" Teriak Febby seperti tak ada akhlak.
Bukan hanya Febby, ternyata ada pasukan lain dibelakangnya. Siapa lagi kalau bukan, Ariel, Putra, dan Riani.
"TAHU NIH, WOY REL TIATI LO ADA YANG KETIGANYA!" Sahut Ariel.
"UDAHAN DULU KALI DRAMANYA, GAK LAPAR LO BERDUA?" Ucap Riani
"Dahlah gaes suruh mereka makan rumput aja mereka. YA GAK REL!?" Berikutnya adalah Putra.
Farel menghela nafas melihat kelakuan teman-temannya juga adiknya. "Dasar anak-anak setan lo pada! Gak ada akhlak emang!" Balas Farel dan dibalas kembali gelak tawa keempatnya.
Disamping Farel, Luna hanya tersenyum simpul. Antara malu dan ingin tertawa juga melihat tingkah Farel dan lainnya. Tapi mungkin malu lebih mendominasi. Malu ketahuan berdrama dengan Farel. Hadeuuh.
-
Hadeuuh.....
Lama banget ya?
Ya maap ya.
Udah lama update dikit lagi ya.
Heheh ya maap
Tapi jangan lupa tinggalin jejak lho teman-teman❤❤
Makasih semuanya. Sampai bertemu lagi.
Tertanda,
Wanitanya Na Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
Teen Fiction[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...