"Ngapain kamu disini?" Tanya Bu Marya pada Farel. Farel menoleh pada Febby menatapnya dengan tatapan yang entahlah, intinya Febby selalu takut dengan tatapan itu.
Bu Marya ngikuti arah pandang Farel, yaitu Febby. Melihat Bu Marya yang mendekatinya jantung Febby seakan mau meledak detik itu juga.
Bu Marya menyimpan punggung tangannya di dahi Febby, mengecek suhu Febby yang ternyata panas. Sebenarnya dari wajah Febby pun terlihat pucat namun entahlah ada apa dengan mata Farel.
"Panas, kamu sakit?" Tanya Bu Marya, Febby mengangguk sebagai jawaban.
"Siapa nama kamu? Kelas berapa?" Tanya Bu Marya lagi
"Febby 11 Mipa 4, Bu"
"Ooooh iya saya lupa, tadi Pak Firman sudah minta surat izin masuk kelas buat kamu. Yasudah kamu istirahat aja ya, sama siapa kamu disini?"
Belum sempat Febby menjawab, suara Riani dari pintu memotongnya. "Eh ada ibuuu. Hehehe" ucap Riani saat melihat ada Bu Marya didepannya.
"Kamu yang jaga Febby?" Bu Marya beralih pada Riani dan dijawab anggukan oleh Riani. "Yaudah nanti ibu izinin kamu ke kelas, tadi ibu cuma nulisin nama Febby doang di surat izinnya." Ucap Bu Marya kemudian berlalu meninggalkan uks.
Farel yang tadinya merasa menang kali ini merasa direndahkan oleh Bu Marya. Tanpa pamit Farel pergi meninggalkan Riani dan Febby yang melongo.
Riani menatap Febby seolah bertanya kenapa, dan dijawab gelengan kepala oleh Febby.
"Nih makan dulu." Riani memberikan sebungkus nasi goreng untuk Febby. Keduanya langsung memakannya dengan lahap tanpa banyak bicara.
Setelah selesai dengan makannya, Riani mengambilkan segelas minum untuk Febby dan untuknya.
Riani menatap wajah pucat Febby, sama halnya dengan Bu Marya tadi Riani juga mengecek suhu Febby. "Panas Fe." Ucap Riani.
"Iya Ri, emang gak enak badan gue dari kemarin."
"Ya ampun, bentar deh gue ambilin obat dulu."
Riani kemudian berjalan menuju kotak obat-obatan mengambil paracetamol satu tablet dan juga air hangatnya.
"Bisakan minumnya?" Tanya Riani
"Bisalah, dikira gue bayi apa yang harus direndos dulu obatnya." Tanpa aba-aba Febby langsung meneguknya bersama air.
"Ya siapa tau gitu lo butuh pisang buat minumnya."
"Yeu emangnya gue, lo apa."
Febby dan Riani tertawa bersama. "Udah ah gue tidur ya, kalau udah mau pulang bangunin."
"Biari aja lo tidur sampe malem disini"
"Tega banget lo"
-
Riani terbangun ketika seseorang mengguncangkan badannya. Dengan mata yang setengah mengantuk Riani memandang sangar wajah Fani yang berhasil membangunkannya.
"Apaan sih ah!" Riani menepis lengan Fani. "Enak banget lo tidur disini, kita kesiksa dikelas." Ucap Fani mendorong bahu Riani pelan sembari mencoba mengambil sedikit tempat disamping Riani.
"Pules banget ini anak tidur." Ucap Kian duduk diranjang. "Biasaa, efek obat." Sahut Riani membetulkan cepolan rambutnya yang berantakan.
Dengan nyawa yang masih setengah sadar Riani menatap kedua rekannya, "ngapain lo berdua disini? Bolos?" Tanya Riani.
"Mana mau bu ketu diajak bolos." Cibir Fani.
"Guru terakhir gak masuk kelas kayanya, lagian gak ada tugas juga. Dari pada kita mendengar kebisingan kelas bikin pusing, mending gue ngadem disini." Jelas Kian memainkannya kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
Teen Fiction[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...