47

702 58 12
                                    

"Wah gue masih gak nyangka dia disatu kelasin sama Febby." Ariel menatap kosong ke arah televisi sore itu. "Ada kejadian apa nih selama seminggu ini di kelas Febby?" Tanyanya.

Putra hanya mengangkat bahu menanggapi kicauan Ariel. "Belum sih Riel kayanya." Ucap Putra akhirnya.

Farel yang sibuk dengan ponselnya tiba-tiba berdiri memasukan ponselnya.

"Kemana Rel?" Tanya Putra

"Balik."

"Lah udah mau balik aja lo, biasanya santai sampe malem." Sahut Ariel.

"Pusing gue, duluan yee."

Setelah berpamitan, kemudian bertos Farel langsung meninggalkan rumah Ariel. Bukan alasan Farel bilang pusing, karena nyatanya kelapa Farel rasanya ingin copot sekali.

Kalau kata mama sih, "hape troooossss" makanya jadi pusing.

Seminggu sudah Shahila hadir disekolah mereka. Sejauh itu belum ada tanda-tanda Shahila akan berbuat sesuatu.

Farel mematikan mesin motornya ketika sampai didepan rumahnya. Sore itu rumahnya terlihat lebih sepi dibanding sore-sore biasanya.

Saat Farel hendak masuk, matanya mendapati sebuah kotak disamping pintu masuk. Farel tak melihat tanda pengirimnya disana, nama penerimanya juga tak tertulis disana.

Mengabaikan kontak tersebut Farel melaluinya. Mungkin salah alamat. Pikir Farel.

"Ih aku kan udah umpetin baik-baik semua makanan aku. Terakhir aku liat ciki itu masih ada Ma." Terdengar dari ruang tengah suara Febby yang berasal dari dapur.

"Ya mana Mama tau Fe. Mama aja gak tau kamu punya makanan." Balas Citra terkekeh.

"Pasti dimakan Farel nih. Gak salah lagi." Kesal Febby.

"Apaan bawa-bawa gue." Sahut Farel yang entah kapan sudah ada disana.

Febby yang terkejut, sedetik kemudian kembali menjadi kesal. "Lo makan pringles gue ya?" Tanya Febby tegas.

"Sok tau." Ucap Farel acuh

"Ya terus kalau bukan lo siapa lagi ha! Kan emang lo yang suka abisin makanan gue." Kesal Febby.

"Iye dah gue ganti, mau berapa? Satu? Entar gue beliin."

Citra yang sedang menyiapkan bahan masak untuk makan malam menyembunyikan tawanya. Sudah lama dia merindukan momen langka ini.

Sedangkan Febby, masih terlihat sebal dengan Farel. Farel sendiri tenang di meja makan menyemili buah dari kulkas yang telah dipotong-potong.

"Gantiin lima." Ucap Febby seolah tak terbantah.

"Dih apaan, makannya aja satu ngapa jadi lima."

"Soalnya lo makan tanpa seizin gue."

Farel meroll eyesnya, berlebihan sekali menurutnya. Bukan berlebihan. Tapi memang seperti itu maunya, itung-itung jajanin gitu maksudnya.

"Iya." Untuk pertama kalinya sebuah kata iya terucap dari mulut seorang Raffarel Elzafran untuk memenuhi keinginan adiknya Febby Gloraria.

Tandai teman-teman. Ingat-ingat.

Febby jelas tak menyangka, senang? Jelaslah senang. Kerasukan setan mana Farel sampe bisa begitu.

"Lo mesan paket?" Tanya Farel tiba-tiba teringat perihal kotak depan rumah itu.

Pertanyaan Farel membuat Febby mengernyit heran. "Ngga ada. Gue gak mesan apa-apa, kenapa emang?" Tanya Febby.

"Didepan ada kotak, gue kira punya lo." Ucap Farel tanpa curiga.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang