7

2.5K 129 0
                                    

Andra meminggirkan mobilnya tepat di depan gerbang utama SMA Garuda. "Semoga betah ya disekolah barunya." Ucap Andra, Febby mengangguk membalas ucap Andra.

Febby melangkahkan kakinya memasuki kawasan sekolah barunya. Tak sedikit yang Febby tau tentang sekolah ini, karena Riani sudah menceritakan bagaimana sekolah ini dan tentunya Citra dan Andra juga yang memberitahunya.

Tanpa ragu Febby melangkah mendekati gedung sekolah. "Febby!" Teriak seseorang dari belakang membuat Febby menoleh.

Dilihatnya Riani sedang berlari kearahnya dengan tergesa gesa dan ceria. Febby menunggunya sambil tersenyum, "ngapain lari sih?" Tanya Febby saat Riani sudah disampingnya.

Riani tersenyum gembira melihat Febby yang sudah siap dengan seragam sekolahnya. "Gapapa, yu masuk kelas yuu." Balas Riani sambil merangkul Febby dan membawanya masuk kedalam gedung sekolah.

"Eh bentar," Riani memberhentikan langkahnya, membuat Febby menatap heran. "Lo emang udah tahu kelas lo dimana Fe?" Lanjut Riani.

Febby hanya menggeleng, aksi selanjutnya Riani menarik Febby menuju Ruang guru. Tanpa rasa malu, Riani membawa Febby masuk kedalam ruang guru menghampiri Pak Abdul sebagai kesiswaan.

"Pagi Pak," sapa Riani menyalamin Pak Abdul. "Pagi, kenapa Ri?" Tanya Pak Abdul yang sibuk mempersiapkan perlengkapan upacara. "Ini Pak, Febby kan murid barukan. Nah mau nanya, kelasnya dimana? Kali aja sekelas sama saya gitukan. Heheh." Tutur Riani.

"Oh iya, ini muridnya? Yaudah bentar bapak lihat dulu." Ucap Pak Abdul sambil berjalan ke mejanya, membuka laptopnya dan mencari suatu berkas dalam laptopnya. "Siapa namanya?" Tanya Pak Abdul. "Febby Gloraria" ucap Febby.

Pak Abdul menggangguk, kemudian kembali mencari data diri Febby. "Nah..," ucap Pak Abdul. "11 Mipa 4" ucap Pak Abdul pada Febby. Sontak Riani bersorak hore didepan Pak Abdul, "HAAAAA BENARKAN KATA GUE, KITA PASTI SEKELAS FE. HOREEE!"

"Ya ampun Ri, masih pagi ini tuh, jangan bikin polusi duluu." Ucap Pak Abdul sambil menutup kupingnya. "Eh maaf Pak, lagian saya senang banget Pak. Heheh. Yaudah ya Pak kita ke kelas dulu, makasih ya Pak. Hayu Fe." Setelah Riani pamit, Riani menarik tangan Febby keluar dari Ruang Guru. Tak lupa juga Febby menunduk hormat tanda pamit.

Seperjalanan menuju kelasnya yang melewati koridor dan anak tangga juga kelas-kelas, Riani tak henti-hentinya berbicara.

Sampai akhirnya Riani mehadang jalan Febby dipintu masuk kelasnya. "Etsss, lo diam dulu disini." Titah Riani pada Febby. Febby menautkan halisnya bingung. "Kenapa memang?" Heran Febby. "Udah udah tunggu dulu ya, gue masuk dulu. Pokoknya lo jangan dulu masuk sebelum gue suruh oke? Oke sip tunggu disini." Cerocos Riani membuat Febby menghela nafas, "ada-ada aja deh tinggkah lo Ri." Monolog Febby.

Riani memasuki ruang kelas dengan air muka yang ceria. "SELAMAT PAGI SEMUAAAAAAA!" Sapa Riani dengan teriakan melengkingnya membuat seisi kelas menutup kupingnya. "Woy ngapa sih lo pagi pagi!?" Zae si cowok paling rese dikelas menyahut. "Tahu ni ah baru juga masuk udah budeg aja nih kuping gue." Wildan patner sebangku Zae ikut-ikutan.

"He cungkring, sembarangan lo ngomong. Mau gue buat lo budeg benaran ha!?" Ucap Riani pada Wildan, "ya nggak atuh Ri. Hehehe" balas Wildan.

Begitulah Riani disekolahnya, dikenal sebagai murid dengan suara menggelegar, tidak hanya itu sih, Riani juga salah satu murid berprestasi diangkatannya dijurusan IPA.

"Ada apa sih Ri? Kaya senang gitu?" Ucap Fani teman sebangku Riani sejak kelas sepuluh dan sepertinya sekarang juga. "Lo bawa kabar apa? Lo jadian sama gebetan dikelas sebelah? Apa sama anak kelas dua belas itu?" Canda Selry si bundahara kelas yang dibalas oleh Agus dengan logat sundanya, "hilih teu penting pisan." Cibir Agus sambil melempar sobekan tissu yang digunakannya untuk mengelap meja.

"Gus, jangan nyampah dong aaaah, lo gak tahu apa kalau ini tuh udah gue sapuin? Seenak jidat lo sampahin lagi, kaya yang mau bersihin lagi aja lo." Cerocos Kian cewek terajin dikelas. "Alag siah Agus, alag siah Agus." Para gengster cowo meledek Agus, si Agus malah nyengir tanpa dosa.

Memang kelas terabstrud deh.

Riani mengetok papan tulis dengan penghapusnya menyuruh seisi kelas diam. "Woy diam dulu dong, gue mau ngomong nih!" Geram Riani. "Yaudah cepat dong mau ngomong aja lama lo Ri." Ucap Gama.

Baru saja Riani akan membuka mulut, Rizal si cowo dingin dikelas masuk membuat semua diam dan menatap Rizal hingga Rizal duduk dibangku pilihannya.

Setelah sadar dirinya sedang diperhatikan seisi kelas Rizal memperhatikan kembali semuanya, "ngapa?" Tanyanya dingin. Riani tak menghiraukan Rizal dan melanjutkan acaranya.

Riani menghela nafas mencoba mengambil alih perhatian teman-temannya. "Yang pergi biarlah pergi, lebih baik kita sambut sesuatu yang baru." Tutur Riani membuat seisi kelas bingung. "Ciee bingung." Riani menunjuk seisi kelas, membuat teman temannya geram.

"Yaudah ya dari pada lama-lama lagi mending langsung aja. Hari ini, diawal tahun ajaran baru, kita keluarga 11 MIPA 4 resmi bertambah anggota baru." Ucap Riani tegas.

Seisi kelas kembali ricuh, dan menghujani Riani dengan berbagai pertanyaan yang membuat Riani malas menjawabnya. "Udahlah ya kita sambut aja. Silahkan masuk." Ucap Riani.

Dengan senyumannya Febby masuk kedalam kelasnya. "Hai semua." Sapa Febby dan dibalas oleh semuanya. "Kenali nama gue Febby Gloraria, gue masih dari bumi kok bukan dari mars jadi santai aja ya." Ucap Febby.

Dan yaap, Febby langsung dihujani berbagai pertanyaan dari para cowo-cowo. Yang menanyainnya statuslah, nomor Whatsapp, id line, instagram dan lain hal sebagainya. "WOY WOY WOY." Riani menghentikan para bangsa-bangsa fakboy. "Gak ada sesi QnA ya maaf. Udah Fe kita duduk aja." Ucap Riani dan menyuruh Febby duduk.

"Hilih gak asik lo Ri." Zae melemparkan tissu pada Riani tapi tak kena yang membuat Kian kembali kesal. "Zaeeeeee.. kenapa sih, gak lo, gak Wildan, gak Agus suka banget nyampah? Sapuin tuh." Ucap Kian sambil melemparkan dua buah sapu pada Agus dan Zae. Mau tak mau Zae dan Agus menyapuinnya karena Ibu negara MIPA 4 ikut juga mengamuk.

Febby melihat sekeliling kelasnya mencari tempat duduk yang kosong dijajaran perempuan. Tapi semuanya sudah mendapatkan pasangannya, tinggalah Febby sendiri. Febby menghampiri Riani, "Ri gue duduk dimana?" Tanya Febby melas.

"Disini Fe sama Rizal, kosong kok." Fani menepuk bangku belakangnya. Febby menatap Rizal yang sedang memainkan ponselnya dan tergantung sepasang earphone dikupingnya. "Serius? Gapapa memang?" Tanya Febby ragu. Fani mengangguk yakin.

Dengan ragu Febby menghampiri meja Rizal. "Ekhem" deham Febby seolah panggilan untuk Rizal. Namun Rizal tetap fokus pada ponselnya membuat Febby menghela nafas. "Permisiii" ucap Febby. Rizal mendongkakkan kepalanya saat mendengar suara Febby, "gue boleh duduk disini? Soalnya sisa meja ini doang." Tutur Febby.

Sebelum menjawab Rizal mengedarkan pandangannya kepenjuru kelas membuktikan ucapan Febby sebelum akhirnya Rizal mengangguk dan menggeserkan badannya duduk dipojok tembok. "Makasih." Ucap Febby ceria.

Rizal menatap Febby dari pinggir, saat menatapnya hati Rizal berdesir seperti tak asing ketika melihat Febby. Rasanya Rizal pernah menghabiskan waktu dengan Febby tapi entah kapan.

Mata Rizal yang semula menatap dengan tatapan nyalang, kini berubah menjadi sendu. 'Gue kenapa?' Batin Rizal. Kemudian Rizal bangkit dari duduknya, "mau lewat?" Tanya Febby melihat Rizal sudah berdiri. Rizal hanya mengangguk.

Febby keluar dari bangkunya memberi jalan pada Rizal. "Mau kemana?" Tanya Febby lagi, "keluar." Jawab Rizal seadanya kemudian pergi.

Febby menghela nafas, lagi-lagi dia dihadapi dengan manusia es. "Nambah lagi satu manusia es" ucap Febby sambil mendudukkan dirinya.

-

Bagian ini udah aku tulis beres waktu itu, tpi tiba tiba ilang dong sebagian ceritanya😭😭😭

Akhirnya aku tulis ulang lagi deh dengan alur yang beda, padahal..
Padahal...
Padahal....
Tapi yaudahlah.

😭😭😭😭😭😭

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang