48

748 52 22
                                    

Pagi itu Febby memaksakan diri untuk bangun setelah semalaman dia tak bisa tertidur akhirnya Febby tertidur menuju jam empat pagi.

Jam menunjukan pukul 05.35, dengan langkah gontai karena rasa kantuk yang belum sepenuhnya hilang, Febby membawa dirinya menuju kamar mandi.

Tak membutuhkan waktu lama untuk membersihkan diri, karena sudah terlamabat bagi Febby. Lima belas menit berikutnya Febby menyelesaikan urusannya di kamar mandi.

"Fe, udah siap?" Ucap seseorang yang luar kamar Febby.

"Iyaa, nanti aku kebawah Ma." Balas Febby yang masih duduk didepan cermin.

Setelah itu terdengar suara langkah kaki yang mulai menjauh. Febby kembali bersiap dengan cepat.

Sepuluh menit berikutnya Febby bergabung bersama yang lain di ruang makan.

"Tumben baru siap?" Tanya Citra ketika Febby baru saja duduk diantara mereka.

Febby menyengir bagai kudu, "heheh, semalam tidur kemalaman gak bisa tidur jadi kesiangan deh bangunnya." Jelas Febby

Pagi itu Febby pergi sekolah kembali menggunakan angkutan umum seperti biasanya.

Kadang lucu jika dipikir antara Febby dan Farel. Satu sekolah, berangkat dari tempat yang sama, keluar rumah bareng-bareng tapi mengapa harus masing-masing.

-

Suara kunci dari salah satu bilik toilet tak membuat Febby mengalihkan perhatiannya. Febby masih sibuk mencuci noda spidol ditangannya akibat main-main bersama Riani, Fani, dan Rizal dikelas tadi.

Seseorang terlihat nampak terkejut melihat Febby yang berdiri diwastafel, namun sedetik kemudian dia kembali terlihat biasa saja.

"Hai." Sapanya belaga ramah pada Febby.

Febby melirik dari arah cermin tanpa membalas ucapannya. Sempat terkejut juga melihat orang itu.

"Pertama kalinya ya kita berduaan gini." Ucapnya yang sibuk mencuci tangan namun pandangannya fokus pada Febby yang dilihat melalui cermin.

Febby menekan botol sabun cair yang tersedia. "Yaa." Balas Febby singkat tanpa melihat kearah lawan bicara.

Keran disebelah Febby dimatikan, lalu orang itu sedikit mengibaskan tangannya. "Apa kabar?" Tanyanya membuat Febby heran.

"Baik, seperti yang lo lihat." Ucap Febby akhirnya.

"Baik untuk hari ini, entah untuk besok atau kedepannya."

Febby mematikan keran airnya karena noda ditangannya sudah berhasil hilang. Helaan nafas terasa tenang bagi Febby sebelum mengatakan sebuah kalimat yang menohok untuk Shahila.

"Menang untuk saat itu, bukan berarti menang untuk kedepannnya. Kegagalan bisa terjadi kapan aja, gak selamanya kemenangan selalu berpihak untuk lo." Ucap Febby.

Mendengar itu, Shahila cukup tercengang. "Waw, bisa juga lo sekarang."

Febby membalas tatapan merendahkan dari Shahila. "Gue bukan anak kecil yang naif lagi, yang bisa lo bodohi, Sha."

Shahila maju selangkah mendekat ke arah Febby, merapihkan seragam Febby. "Bagus dong. Bakal jadi permainan seru kayanya. Makin gak sabar gue."

Febby menepis tangan Shahila yang masih tersimpan dipundaknya sedikit kasar. Shahila menyunggingkan senyumnya melihat sikap Febby.

Salah satu bilik toilet di ujung terbuka secara kasar oleh seseorang. Febby dan Shahila menoleh secara bersamaan melihat siapa disana.

Orang itu berjalan santai mendekat keduanya. Menerobos antara Febby dan Shahila, dan berada diantara keduanya.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang