"Anjiran Fe, serius lo tadi barengan si Rizal!?" Histeris Riani membuat beberapa pasang mata memandang kearah mereka. "Gak usah tereak juga pea." Fani menoyor pelan kepala Riani.
Febby hanya mengangguk menanggapi Riani, "Fe gue tahu lo gimana, lo bukan orang yang gampang buat dekat sama orang baru ya walaupun dia sekelas. Tapi kok lo sama Rizal bisa sampe segininya sih?" Tanya Riani heran.
Yap. Febby tipe makhluk yang harus didekati duluan untuk bisa bersosialisasi, tidak seperti Riani yang mudah untuk bersosialisasi.
Febby menghela nafas, "gue juga gak paham sebenarnya, tapi gue tuh kaya ngerasa gak asing sama dia." Ujar Febby terlihat bingung, dan membuat ketiga teman dihadapannya ikut bingung.
"Maksudnya, Rizal kaya pernah menghabiskan waktu banyak sama lo gitu?" Kian memperjelas kalimat Febby sebelumnya. Febby menggangguk membenarkan apa yang diucapkan Kian.
"Jadi gini..." Febby menggantungkan ucapannya yang akan memulai bercerita.
Riani, Kian, dan Fani sudah siap menyimak cerita Febby,
"Benar apa kata Riani, gue emang gak gampang buat bersosialisasi orangnya. Dulu waktu gue pindah, gue benar-benar gak punya teman. Terus dulu juga gue sempat mikir andai aja dulu abang gue ikut pasti gue gak akan kesepian." Febby menghentikan ceritanya kemudia menatap ketiga temannya. Riani yang tahu kejadian itu hanya mengangguk paham akan keadan Febby saat itu, Kian dan Fani masih bertanya-tanya. "Lanjutin Fe," ujar Fani yang masih bingung dan penasaran.
Febby menghela nafas sebelum melanjutkannya, "gue dulu tinggal bareng nenek kakek doang, sepupu-sepupu gue yang lain datang kalau libur doang jadi gue benar-benar gak punya teman banget. Awalnya gue biasa aja kalau gak ada teman. Sampai suatu saat gue lagi ngerasa benar-benar butuh teman, karena gue butuh banget rangkulan butuh teman cerita. Akhirnya gue pergi ketaman berharap ada yang mau berteman sama gue dan dengarkan cerita gue."
Flashback On
Febby berjalan menyusuri jalanan komplek untuk mencapai taman kompleknya, sendirian, hanya sendirian. Memang dia sehari-hari selalu sendirian tanpa ada yang menemaninya bermain.
Sampainya Febby ditaman, Febby melihat kesekeliling. Kosong. Tidak ada satu orangpun yang sedang menghabiskan waktunya untuk bermain. Febby berjalan menuju ayunan, duduk disana sambil menunggu teman yang lain datang.
5 menit berlalu...
Masih belum terlihat tanda-tanda akan adanya yang menemani.
15 menit..
30 menit..
Padahal biasanya waktu ini adalah waktu yang sering digunakan anak anak lain untuk bermain
45 menit..
Dan
1 jam berlalu..
Febby mulai terisak, rasanya Febby ingin sekali pulang kerumahnya kembali bersama kedua orang tua dan kakaknya, juga para sahabatnya.
Seseorang menepuk dan mengusap pelan bahu Febby. Usapan itu mampu membuat Febby sedikit memelankan tangisnya, wajah muram Febby menatap seseorang yang kini telah ada disampingnya
"Kenapa nangis?" Tanyanya.
Pria yang terlihat seumuran dengan Febby mampu membuat Febby tenang. Febby tidak menjawab pertanyaan itu, Febby hanya mampu menunduk dan perlahan tangisnya pecah lagi.
"Hey jangan menangis, kamu kenapa?" Tanya pria itu sedikir panik. "A-aku rindu mama, rindu papa, rindu kak Farel huhuhu hiks..." ucap Febby
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
Teen Fiction[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...