22

1.2K 59 0
                                    

Senin pagi setelah bubaran upacara ciwi squad a.k.a Riani, Febby, Fani, dan Kian bukannya langsung masuk kelas, mereka malah berjalan menuju kantin bersama beberapa siswa lainnya.

"Kebiasaan banget tuh kepsek, katanya kita harus disiplin nurutin tata tertib dan aturan sekolah, lah dia malah seenaknya gitu ceramah didepan gak tahu waktu, mana gak mikirin anak-anak yang kepanasan lagi." Gerutu Fani mengipas-ngipas dirinya dengan topi.

"Tahu tuh kepsek ngapa sih hobi banget bacot." Sahut Kian yang mengelap keringat di dahinya dengan dasi. "Minta dicabein emang mulutnya." Balas Riani.

"Udah deh mending beli minum, panas banget nih. Keburu entar ada guru lagi." Ucap Febby diangguki semuanya.

Keempatnya langsung berjalan menuju salah satu kedai dikantin yang menjual banyak minum-minuman. Setelah itu mereka kembali ke kelas dengan topi yang mereka gunakan sebagai kipas untuk mengurangi rasa panasnya.

Sesampainya didepan kelas mereka saling pandang dengan tatapan panik melihat pintu kelas ditutup rapat. Fani mencoba melompat melihat keadaan kelas lewat jendela kelas yang lumayan tinggi.

"Anjir ada Ibu!" Ucap Fani pelan tapi panik, "hah!?" Balas Febby, Riani, dan Kian berbarengan. "Seriusan?" Tanya Febby tak percaya dan diangguki Fani.

Kian melihat minumannya yang dia genggam, buru-buru dia lempar ke tempat sampah. Bodo amat dengan sisanya yang masih setengahnya.

Sama halnya dengan Febby, dia juga melempar minumannya ke tempat sampah yang masih tersisa sepertiga botolnya. Tapi tidak dengan Fani dan Riani, mereka menyembunyikannya dibalik punggung.

"Ayo masuk!" Ucap Kian bersiap membuka pintu kelas. Ketiganya langsung mengangguk mengikuti langkah Kian masuk kedalam kelas.

Saat pintu terbuka semua pandangan anak kelas tertuju pada keempat gadis yang baru masuk kelas, tidak hanya anak kelas tetapi Bu Nina guru yang terkenal killer juga ikut menoleh dengan tatapan mautnya membuat keempatnya hanya mampu menunduk.

"Dari mana kalian?" Tanya Bu Nina menatap keempatnya. Yang ditatap hanya mampu menunduk dan saling senggol. "Dari kantin buu!" Teriak Wildan dari bangku pojok. "Tuh bu si Riani sama Fani bawa teh pucuk" lanjut Wildan menunjuk Riani dan Fani.

"Ng-nggak kok bu. Apaan sih Wil lo kalau pengin teh pucuk beli aja sana!" Riani mencoba mengelak. "Udah sana kalian duduk, lain kali kalau habis upacara itu kembali ke kelas bukan ke kantin! Ini lagi ketua kelas gimana sih bukannya kasih contoh yang baik juga. Udah sana duduk!" Ucap Bu Nina membuat Fani dan Riani bernafas lega.

Setelah itu pelajaran kembali dimulai dengan semestinnya hingga jam pelajaran berakhir, untung saja hari ini Bu Nina moodnya sedang baik mungkin jadi tidak ada kejadian-kejadian menegangkan selama pelajaran berlangsung.

Hingga akhirnya bel istirahat menghentikan penjelasan dari Bu Nina, "baiklah, cukup sekian pertemuan hari ini. Jangan lupa tugas kelompok yang ibu kasih, kalau belum jelas boleh bertanya pada ibu atau siapa saja yang mengerti. Baik silahkan beristirahat." Ucap Bu Nina kemudian melangkah keluar kelas diikuti para manusia lapar dibelakangnya.

"Zal, kita mau ngerjain tugas kapan?" Tanya Febby menahan Rizal pergi. Febby dan Rizal memang satu kelompok, karena Bu Nina menyuruh berkelompok dengan teman sebangku. Jadi ya sudah jelas Febby harus menyelesaikan tugasnya bersama Rizal. "Hari ini, pulang sekolah dirumah gue." Ucap Rizal kemudian kembali berjalan menuju kantin bersama Gama yang menunggunya dipintu kelas.

Febby menghembuskan nafasnya kasar, 'terserah aja deh terserah. Sabar aja gue mah sabar' batin Febby.

-

Selepas bel berbunyi Rizal dan Febby langsung keluar dari kelas. Mereka tak mau sampai dirumah Rizal terlalu sore, mengerjakan tugas hingga malam dan mengantar Febby terlalu malam. Jadi Rizal dan Febby keluar terlebih dahulu bahkan sebelum guru keluar dari kelasnya.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang