27

1K 56 4
                                    

"Fe, makan dulu yuk. Dari tadi kita belum makan kan." Ucap Rizal sambil mengeluarkan motornya. Febby mengangguk, "makan apa?" Tanya Febby.

Rizal terlihat berpikir sejenak, "sate? Apa soto?" Tanya Rizal, namun jawaban Febby malah tak ada dari pilihan Rizal. "Pecel lele aja, yuk. Gue lagi kepengin pecel lele." Jawab Febby.

"Terus ngapa tadi nanya ish."

Febby hanya berhehe membalas ucapan Rizal. Kemudian keduanya meluncur menuju penjual pecel lele.

Tak lama kemudian Rizal menepikan motornya didekat para pedagang kaki lima pinggir jalan. "banyak banget tukang pecel lelenya." Ucap Febby ketika melihat ada sekitar tiga pedagang pecel lele yang berjajar.

"Mereka emang gak gimana-gimana gitu dagangannya samaan terus pinggiran lagi jualannya?" Tanya Febby yang sebenarnya bertanya pada diri sendiri, namun Rizal menjawab.

"Ya keliatannya aja gimana, toh setiap manusiakan berhak memilih Fe dimana mereka akan makan." Jawab Rizal

"Ya tapi kan, gak enak ke kitanya sebagai pembeli." Balas Febby.

"Lagian Fe, dagangan mereka juga gak sama semua kok. Misalkan nih ya, disana adanya ayam goreng, telur puyuh, basok goreng, terus disini adanya pecel lele, soto, nah disebelah sana adanya usus goreng, ati ampela, dan lain lain." Jelas Rizal

"Dih niat banget mereka jualan pinggiran gitu HAHAH."

"Udah ah ayo, lapar nih gue."

Rizal menuntun Febby masuk kedalam satu kedai yang katanya Rizal kedai itu menjual pecel lele dan soto. "Lo mau apa?" Tanya Rizal ketika Febby siap untuk duduk, "pecel lele Zal, kan tadi udah bilang." Jawab Febby. "Eheh, lupa." Balas Rizal.

"Mau apa mas?" Tanya penjual, "pecel lele satu, sama sotonya satu mas." Jawab Rizal.

"Soto ayam? Soto babat?"

"Soto ayam aja mas."

"Oke ditunggu ya mas, mba."

Selepas memesan, Rizal dan Febby berbincang ringan. Mengobrol bagaimana kehidupan masing-masing setelah berpisah, sampai makanan yang mereka pesan datang.

Rizal bercerita bagaimana dia dirumah bersikap pada ayahnya, bagaimana dia menghubungin mama dan kakaknya selama ini.

Juga Febby, yang bercerita betapa kesepiannya Febby setelah berpisah dengan Rizal dan memutuskan untuk kembali ke kotanya bersama dengan kedua orang tuanya.

"Eh iya, terus dia gak tahu kalau lo udah disini lagi?" Tanya Rizal yang tahu alasan mengapa Febby pindah dari kotanya menuju kampung halamannya.

"Gue harap sih gak tahu, lagian juga Riani bilang tuh cewe udah lama gak ada komunikasian gitu sama yang lain." Jawab Febby. Rizal mengangguk paham.

Setelah mereka selesai makan, mereka memutuskan untuk langsung pulang. Rizal tak enak bila terlalu malam mengantarkan Febby pulang, apalagi Febby masih menggunakan seragam sekolahnya.

Namun sebelum mengantarkan Febby, Rizal berhenti dulu didepan tukang martabak. Rizal berniat membelikan martabak untuk orang orang rumah Febby, sekaligus permohonan maaf juga sudah menculik Febby hingga malam.

"Rasa apa Fe?" Tanya Rizal.

"Apa aja deh." Jawab Febby dengan memeluk tubuhnya yang kedinginan kena angin malam. Biasanya Febby akan kuat dengan angin malam, namun malam ini anginnya begitu dingin menurut Febby.

Rizal mengangguk kemudian pergi memesan. Seperginya Rizal ponsel Febby berbunyi menampilkan sebuah pesan dari Farel.

RaffarelEll: dmn.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang