10

2.1K 109 0
                                    

"Aneh gak sih kalau gue ngerasa lo tuh gak asing bagi gue?"

"Maksudnya?"

"Ya, kitakan baru ketemukan?"

"I-iya terus?"

"Ya menurut lo aneh gak sih kalau gue ngerasa kaya lo tuh gak asing gitu? Gue ngerasa gue pernah berbagi waktu sama lo, ngerasa lo sama gue tuh pernah dekat bahkan akrab gitu. Aneh gak sih menurut lo?"

"..."

"Padahal gue orang yang gak gampang untuk bersosial gitu, tapi kalau sama lo, gue ngerasa kalau gue bersikap layaknya gue udah dekat banget sama lo. Bahkan dihari pertama kita ketemu." 

Rizal mengacak rambutnya frustasi, "Febby" ucap Rizal sambil menatap sebuah gantungan berbentuk bunga digenggamannya. "Apa itu lo Fe?" Pandangan Rizal masih pada gantungan bunga yang digenggamnya.

"Kalau itu memang lo, gue gak akan pernah pergi lagi Fe. Gue bakalan terus disamping lo." Ucap Rizal. "Gue akan cari tahu siapa lo sebenarnya?" Lanjut Rizal.

Rizal memainkan gantungan yang masih dia genggam, benda berharga yang Rizal dapatkan dari seseorang yang menurutnya berharga juga. Lebih berharga dari pada keluarga sendiri.

Pintu kamar Rizal terbuka tanpa aba-aba, menampilkan sesososk pria paruh baya mengenakan setelan jas abu. "Kamu sudah makan?" Tanya pria itu. Rizal membalasnya dengan gelengan kepala kemudian memilih berbaring menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. "Gak akan makan dulu?" Tanya pria itu lagi.

"Aku cape Pa, aku mau tidur." Jawab Rizal dengan suara dingin. Pria itu lantas tersenyum sendu lalu meninggalkan Rizal sendiriian.

Suara pintu tertutup menggema dikamar Rizal yang sunyi. Rizal keluar dari balik selimutnya menatap pintu tertutup dengan sendu. Helaan nafas lelah terdengar dari Rizal, terlalu banyak beban yang dia tanggung sendirian. Tak ada rekan yang bisa dia gunakan untuk berbagi cerita, memberinya solusi menghadapi masalahnya, juga memberinya semangat.

-

Setelah selesai makan malam, Febby dan keluarga berkumpul diruang keluarga menikmati malam itu. Mengobrol, menonton televisi, berbagai canda tawa.

Rasanya sudah lama Febby tak merasakan semua itu. "Dulu tuh ya, kalau kita lagi kumpul-kumpul kaya gini pasti aja ada yang diributin sama kalian berdua." Ucap Andra diakhiri tawa ringan, Febby ikut tertawa malu karena Andra membawanya kembali ke masa lalu. Sedangkan Farel hanya mengulum senyum yang dipaksa.

"Iya ya. Tapi sekarang kalian udah pada dewasa, gak kerasa ya udah mau pada nikah aja kalian haha." Tambah Citra. "Ih apaan sih Mama, sekolah aja belum beres udah main nikah-nikahan aja." Elak Febby. Tiba-tiba Farel berdiri dan berlalu meninggalkan ketiga anggota keluarganya membuat semuanya heran. "Kamu mau kemana Rel?" Tanya Citra. "Kamar" jawab Farel seadanya tanpa melihat lawan bicaranya.

Febby menatap nanar punggung Farel hingga pintu kamar milik Farel terdengar menutup. Febby menunduk, yang dia rasakan antara sakit hati dan bingung kenapa sakit hati. "Semenjak kejadian beberapa tahun lalu yang membuat kamu pergi dari sini, Farel jadi begitu." Ucap Andra menatap kosong layar televisi. Ucapan Andra membuat Febby merasa bersalah dan tak enak.

"Kalau aku jelasin semuanya sekarang? Boleh?" Tanya Febby menatap kedua orang tuanya sendu. Citra tersenyum menatap Febby dan beralih menatap Andra, pun dengan Febby yang menatap Andra penuh harapan. Namun respon Andra hanya menggeleng pelan. "Tapi Pa, aku gak sanggup kalau harus nahan ini semua, aku gak mau Farel jauh." Ucap Febby memelas. Andra kembali menggeleng, "ini belum waktu yang tepat sayang, Papa yakin akan ada hari dimana ini semua terbongkar dengan sendirinya." Ujar Andra, tapi Febby bersikeras. "Pa, semuanya gak akan terbongkar kalau gak ada yang ngasih tahu sedikitpun." Balas Febby.

Citra menghela nafas melihat perdebatan antara suaminya dan anak bungsunya, "Fe, kamu tahukan Farel itu bagaimana?" Tanya Citra lembut sambil mengelus rambut Febby penuh kasih sayang. Febby menunduk lalu mengangguk, "Farel gak mudah putus asa, dan Mama yakin sampai saat ini Farel masih mencari tahu semuanya. Dan yang perlu kamu lakuin sekarang, kasih Farel pentujuk." Lanjut Citra.

Mendengar sedikit saran dari Citra, membuat Febby mengurungkan sedikit niatnya untuk memberi tahu semuanya dan mengikuti saran Citra. "Febby ke kamar." Pamit Febby kemudian meninggalkan kedua orang tuanya diruang keluarga dengan televisi yang masih menyiarkan acara dangdut.

"Heran deh, anak-anak kamu tuh semuanya keras kepala banget. Turunan dari kamu tuh pasti." Ucap Citra sambil menggeleng kepala heran. "Ya namanya juga anak saya, pasti ada yang nurunnya kan dari saya." Balas Andra dengan kekehan pelan membuat Citra menghela nafas.

-

Febby kembali berbaring diranjangnya setelah mencuci muka dan menggosok giginya. Helaan nafas keluar dari mulut Febby, pandangannya menatap langit-langit kamarnya dengan fikiran yang tak menentu.

Tubuh Febby terbangun saat satu nama terlintas difikirannya. Febby berjalan menuju lemarinya. Sebuah gantungan dari kotak merah diambilnya, kemudian Febby kembali duduk diujung ranjangnya menatap gantungan itu.

"Aduuuuh, kenapa sih ah semuanya bikin bingung." Kesal Febby. "Masalah Farel aja belum selesai, lah ini udah ada masalah baru lagi aja." Lanjut Febby.

Febby menjatuhkan tubuhnya menghadap langit-langit kamarnya. "Lagian Rizal itu siapa sih ha?!" Ucap Febby sambil menendang angin seolah itu bisa membuat kekesalannya hilang. Helaan nafas membara membuat Febby terlihat seperti yang telah berlari dilapangan. "Gue gak mau berharap kalau Rizal itu, dia yang pernah singgah dihidup gue." Lirih Febby.

Kantuk yang semula hadir seketika hilang, kini yang menguasai fikiran Febby hanya Rizal Rizal dan Rizal. Sudah berguling-guling Febby diatas tempat tidurnya berusaha mencari tempat yang nyaman yang bisa membuah rasa kantuknya hadir kembali.

"Yaampuuuuun. Huft." Febby bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk. Kemudian mengambil ponselnya yang dia simpan di atas nakas samping tempat tidurnya. Febby mencari simpanan video musik kpop yang sengaja dia simpan di ponselnya dan kemudian menonton satu persatu videonya dengan tujuan mencari rasa kantuk.

-

Aduh ini mah gatau):

Gajelas banget emng bagian ini mah):

Maaf ya gaes): maksain banget nih, gatel pen update sih(:

Tetap tinggalin jejak ya vote and comment. Makasiiih

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang