Tiga hari setelah Febby dan Syahira bertemu dengan Panji di rooftop sekolah sepulang sekolah. Selama tiga hari itu, Panji sudah tidak pernah mengirim pesan-pesan seperti sebelumnya baik pada Febby maupun Syahira tidak ada yang menerima pesan dari Panji lagi.
Tapi itu gak berhasil membuat Febby lega, walaupun Febby masih bisa menjalani harinya seperti biasa terkadang dia selalu merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.
Tiga hari lagi, Febby bukan lagi anak dibawah umur. Setiap pagi kedua orang tuanya selalu bertanya mau seperti apa perayaan ulang tahunnya nanti. Dan jawaban Febby selalu sama, dia hanya ingin orang-orang terdekatnya saja yang datang.
"Serius kamu gak akan bikin acara yang meriah gitu?" Tanya Andra disela sarapannya.
"Iya Pa, udah aku bilangkan aku cuma pengen teman-teman dekat aja. Lagian tahun lalu waktu ulang tahun Farel juga gitukan katanya?" Ucap Febby
"Ya udah iya, nanti kita siapin buat acaranya."
Disekolah juga tidak ada yang aneh sebenarnya, masih sama. Seperti hari-hari biasanya.
Shahila juga tak terlihat macam-macam. Karena memang Shahila tak cukup dekat dengan anak-anak PHP. Tapi gak tahu kalau nanti kita tunggu saja apa yang akan terjadi.
"Semuanya sudah bawakan bahan-bahan yang Ibu suruh bawa?" Tanya Bu Hani
"Sudah bu!"
"Okay kalau begitu, Ibu akan membagi kelompok buat kalian. Ibu tulis di depan ya nanti kalian langsung kumpul sama kelompoknya." Jelas Bu Hani.
Saat itu Febby berada disatu kelompok bersama Shahila. Untung saja mereka bisa mengerjakan tugasnya dengan baik tanpa ada sesuatu yang terjadi pada keduanya.
Oh iya ada satu hal yang terjadi.
Saat kelas selesai dan mereka akan kembali menuju kelas. Di meja tempat keduanya berada Shahila sempat membisikan sesuatu yang sampai saat ini masih terngiang dibenak Febby.
Katanya, "gue gak tahu hari bahagia lo nanti bakalan bahagia buat lo atau justru bahagia buat gue."
Setelah itu Shahila meninggalkan Febby yang membisu memikirkan maksud kalimat Shahila. Apa katanya? Bahagia untuknya atau bahagia untuk Shahila?
Febby mencoba tak terlalu memikirkan ucapan Shahila saat itu. Karena pada dirinya, Febby menyimpan prinsip jika dirinya akan menang bagaimana pun caranya.
Malam itu saat Febby tengah menuliskan laporan praktikumnya kemarin siang, pesan dari Panji diterimanya lagi setelah beberapa hari sudah tak ada.
Karena lo udah memutuskan untuk tetap disini, jadi lo siap-siap untuk sesuatu yang gak bakalan lo duga datang.
Jengah sudah dengan segala kalimat Panji, Febby hanya menggeleng dan membiarkan Panji melakukan apapun sesukanya.
"Gue gak paham sebenarnya, emang hadirnya gue disini bikin sumpek satu kota? Bikin hidup menderita? Gila emang ya itu orang." Ucap Febby yang tak habis pikir dengan Shahila.
"Ada ya orang kaya gitu." Lanjutnya dengan tangan yang masih sibuk menulis.
-
"Fe!" Panggilan dari Rizal hanya Febby sahut dengan gumaman.
"Lo mau hadiah apa besok?" Tanya Rizal menatap Febby yang sibuk dengan buku paket dan buku catatannya.
Febby berhenti dengan kesibukannya, "hmm apa yaa.. gue bingung Zal kalau ditanya mau apa, karena gue banyak maunya." Jawab Febby kembali menulis.
"Ya gapapa, lo mau apa?"
Febby melirik Rizal penuh arti. "Gapapa nih serius?" Tanya Febby yang dijawab sebuah anggukan yakin dari Rizal. "Oke, gak banyak-banyak deh gue minta satu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
Teen Fiction[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...