Febby turun dari motor Rizal saat Rizal telah memarkirkan motornya. Ini kedua kalianya Febby berangkat bersama Rizal, hari kemarin mungkin karena sekolah masih belum terlalu ramai saat Febby datang jadi tak banyak orang yang memperhatikannya.
Tapi kali ini banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya saat keduanya masuk pekarangan sekolah. "Ada yang salah ya emang?" Tanya Febby sambil membenarkan rambut dan seragamnya lalu menoleh memperhatikan Rizal dari atas sampai bawah. "Kenapa sih?" Rizal malah bingung dengan Febby.
Febby menggeleng lalu berjalan lebih dulu dari Rizal dan disusul oleh Rizal. "Risih ya dilihatin mereka?" Tanya Rizal yang sudah mensejajarkan posisinya dengan Febby. "Santai aja kali, seharusnya lo bangga bisa jalan sama gue." Lanjut Rizal membanggakan diri. "Ih apaan, lagian ya gue tuh emang gak suka aja jadi tontonan kaya gini." Balas Febby. Rizal mengangkat bahu acuh, "resiko bareng cogan emang selalu gitu Fe." Ucap Rizal membuat Febby mual. "Makin sini sifat lo makin ngeselin ya," canda Febby.
Keduanya memasuki kelas yang sudah ramai dan disambut dengan kalimat-kalimat godaan dari para penghuni kelas yang bibirnya minta dirapatkan.
"Wedeeeeh gaspol banget lo Zal!" Ucap Wildan yang sedang duduk diatas meja ketika melihat Febby dan Rizal memasuki kelas berbarengan.
"Diam-diam ternyata mas Rizal beraksi gais"sahut Zae yang sedang menyapu dibelakang kelas, "gak nyangka gue, ternyata ni cewe berdampak juga ya buat lo hahah" lanjut Zae disertai tawanya.
"Nyampu yang benar Zae buruan, lima menit lagi bu Rodiah masuk lo mau dihukum hah?" Kian memotong tawanya Zae membuat Zae melanjutkan sambil mengumpat pelan.
"Rizal emang banyak berubah ya semenjak ada teman sebangku." Goda Zantia yang duduk didepan Riani, "lo kira ultraman berubah." Sahut Fani.
Celotehan itu tak berhenti sampai Febby dan Rizal duduk ditempatnya. Febby hanya bisa menggeleng pelan mendengar itu, "NAHKAN APA GUE BILANG!" Tiba-tiba Riani datang sambil berlari dari depan pintu sambil teriak menuju meja Febby. "Apa sih Ri, gak jelas banget lo kaya dora." Balas Febby.
"Kalian benar jadiankan?" Tanya Riani seperti mengintrogasi. "Doain aja" jawab Rizal santai membuat Febby membulatkan matanya, "apaan sih Zal" sahut Febby tak terima. Namun Rizal malah tertawa. "Tuh kan pokoknya harus segera kabari gue kalau lo jadian. Awas aja kalau enggak!" Ucap Riani penuh ancaman.
Tak lama kemudian Bu Rodiah selaku guru Bahasa Indonesia masuk ke kelas karena jam pelajaran sudah dimulai. "Selamat pagi anak-anak" sapanya, "oke pertemuan kali ini ibu minta kalian membuat biografi teman sebangku kalian, harus lengkap selengkap-lengkapnya ya. Kalian boleh mengerjakan dimana saja." Ucap Bu Rodiah.
"Dikantin berarti boleh ya bu?" Tanya Agus polos disertai tawanya. "Kecuali kantin!" Tegas Bu Rodiah, "ah ibu gimana sih, tadi katanya boleh dimana aja." Keluh Agus namun diabaikan oleh Bu Rodiah.
"Harus selesai hari ini banget bu?" Tanya Kian. "Lebih cepat lebih bagus." Jawab Bu Rodiah.
Semua murid terlihat sibuk dengan tugasnya, berbagi cerita satu sama lain, saling bertanya dan menjawab bagaikan wartawan dan narasumber, pulpen menari-nari diatas lembaran kertas pada buku.
Febby menghentikan aksinya yang sedang menuliskan data diri Rizal saat Rizal memanggilnya, "kenapa?" Tanya Febby, "perpus aja yuk" ajak Rizal. Febby sedikit menimbang, tapi tak lama kemudian dia mengangguk lalu membereskan alat tulisnya kedalam box dan mengantongi ponselnya kedalam saku.
Febby dan Rizal berbarengan berjalan menuju meja guru meminta izin untuk pergi ke perpustakaan. "Kemana hoy kalian?" Tanya Gama yang melihat Rizal menarik lengan Febby, "pake pegangan tangan segala, mau nyebrang kali ah." Lanjut Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
أدب المراهقين[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...