18

1.4K 74 1
                                    

"Boleh gue tahu lebih cerita lo tadi?"

"Ha!?" Kaget Febby berseta bingung bersatu. "M-maksudnya?" Tanya Febby.

Rizal menghela nafas pelan, "gue ingin tahu cerita lo lebih dari itu, ingin tahu banyak tentang lo dulu kaya gimana. Tapi kalau lo gak mau nyeritain ya gapapa, gue gak akan maksa." Senyum Rizal mengembang. Senyum yang mengartikan bahwa sebenarnya ada rasa ingin tahu besar di dalam hatinya.

Febby membalas senyum kikuknya, "tapi bukan sekarang, mungkin besok? Atau lusa mungkin, atau gak tahu kapan." Ucap Febby pelan, menganggkat bahu acuh, dan kepalanya tertunduk pada buku.

Rizal mengangguk mengerti akan itu. "Mending kerjain lagi aja ini, biar cepat beres." Ucap Febby mengalihkan topik.

Keduanya kembali mengerjakan tugas dengan fokus. Meski dalam hati masing-masing merasakan sesuatu yang tak asing, sesuatu yang membuat keduanya dihantui tanda tanya besar.

25 menit kemudian keduanya selesai membereskan tugasnya, namun setelah selesai mereka enggan untuk beranjak dari sana. Masih ada waktu sekitar 20 menit lagi untuk pelajaran selesai, mereka memilih untuk menghabiskan sisa waktunya untuk mengobrol disana sesekali mencari buku.

"Gue gak nyangka kita pernah ada disatu kota yang sama dulu" ucap Febby saat kembali dari rak yang berisikan novel. "Apa kita juga pernah ketemu kali ya? Atau pernah juga main?" Ucap Febby begitu antusias mengingat dia dan Rizal pernah ada ditempat sama sebelumnya.

"Ya mungkin, bisa jadi jugakan sebenarnya lo sahabat gue dulu haha." Balas Rizal dengan candaan. "Apaan sih Zal, maunya lo itu mah huu" sahut Febby. "Lagian mana ada sih gue sahabat lo? Kalau emang lo itu seseorang yang dulu pernah ada buat gue terus pergi gitu aja, gue bakalan benci kali sama lo" ucap Febby.

Rizal menatap Febby dengan tatapan yang sulit diartikan, "serius lo bakalan benci gue?" Tanya Rizal. Febby kemudian mengangguk, "emang itu lo?" Tanya Febby menatap Rizal penuh tanya, namun respon Rizal hanya mengangkat bahunya.

"Tapi Fe, mungkin teman lo dulu punya alasan untuk pergi, cuman gak sempat bilang kali." Ucap Rizal asal.

"Tapi emang gak bisa apa buat telpon gue apa kirim sms gitu?"

"Bisa aja hapenya dipegang orang tuanyakan? Mungkin aja tuh"

Febby menghela nafas kesal, Rizal seakan membela yang salah. "Lo kalau gak tahu apa-apa gak usah sok tahu Zal." Ucap Febby dingin kemudian meninggalkan Rizal.

Febby tak tahu maksud Rizal berkata seperti itu apa, mungkin niat Rizal membuat hati Febby tenang tidak berpikiran negatif. Tapi yang Febby tangkap dari perkataan Rizal adalah Rizal mencoba mencari alasan atau menutupi sebuah kesalahan seseorang yang dulu pergi dari kehidupan Febby.

Tak sengaja Febby bertemu Farel di depan pintu perpustakaan, dengan raut wajah Febby yang terlihat kesal dan melewatinya tanpa permisi membuat Farel bertanya-tanya seakan terjadi sesuatu.

Saat Febby berlalu kemudian disusul Rizal yang seperti mengejar Febby. Sebelum Rizal pergi Farel mencegahnya, "lo apaan dia?" Tanya Farel dingin, "salah paham doang. Misi gue mau nyusul dia." Jawab Rizal. "Sampai dia kenapa-napa gue habisin lo." Ancam Farel. Rizal mengabaikan ancaman itu kemudian berlalu dari hadapan Farel.

-

Febby menyumpal kedua telingannya dengan earphonenya, mendengarkan lagu-lagu yang membuat moodnya sedikit membaik.

Kejadian diperpustakaan tadi memang membuat Febby kesal. Entah mungkin dia yang terlalu sensitif terharap masa lalunya, tapi ucapan Rizal seolah Rizal sedang ada diposisi seseorang yang tak mau terlihat salah/? Ah entahlah bingung menjelaskannya.

My Cold Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang