Bunyi klakson mobil menyadarkan Febby dari lamunannya, dengan segera Febby menghapus jejak air mata dipipinya dan bergegas menuju mobil Farel dihadapannya.
Febby terkejut ketika menemui seseorang yang duduk disebelah Farel. "Eh.. lo mau disini? Yaudah gue pindah." Ucapnya dengan tergesa membuka seatbeltnya. "Gak usah, gue dibelakang aja" ucap Febby kemudian membuka pintu belakang mobil.
"Lo kenapa sih?" Tanya Farel melihat sikap Febby yang tak biasanya. "Gapapa" balas Febby singkat sambil menatap keluar jendela. "Katanya ada tugas kelompok" ucap Farel menatap Febby dari kaca spion. "Gak mood" balas Febby lagi-lagi singkat.
"Lo abis nangis?" Tanya Farel lagi membuat Febby kesal. "Apaan sih sok tahu banget. Udah deh gue lagi gak mau ngomong." Ketus Febby. "Yaudah sih santai aja gak usah ngegas." Balas Farel tak terima.
"Udah Rel, Febby lagi gak mau diganggu. Biarin dia tenang dulu." Ucap perempuan disamping Farel. "Tuh dengerin cewe lo." Sahut Febby setuju.
"Yeu sok tahu, dia Luna teman gue bukan cewe gue." Jelas Farel yang dibalas 'oh' oleh Febby.
Febby kembali menatap keluar jendela tak menghiraukan Farel dan Luna yang asik berbincang didepannya. Kini pikiran Febby kembali ke kejadian sebelumnya saat dirumah Rizal, dimana dia mengetahui siapa Rizal sesungguhnya.
Febby menghembuskan nafas kasar. Memang Febby merasa senang bisa kembali bertemu Rizal, sahabat masa kecilnya dulu yang tiba-tiba saja pergi tanpa pamit. Tapi jauh didalam hatinya Febby juga merasakan kembali luka saat kepergian Rizal.
Febby masih merasa sakit mengingat bagaimana dulu saat Febby ditinggal Rizal dan bagaimana perjuangan Febby mencari Rizal.
Terlalu hanyut dalam lamunan membuat Febby tak menyadari Farel sedari tadi memanggilnya. Sampai akhirnya sebuah kotak tissu mendarat dipangkuan Febby. "Apa sih Rel!?" Geram Febby. "Lo dari tadi dipanggil gak nyaut, malah asik ngelamun. Ngelamunin apaan sih?" Tanya Farel kesal. "Sorry." Ucap Febby.
"Gue sama Luna mau jalan dulu, lo mau ikut apa mau pulang?" Tawar Farel. "Pulang aja deh, malas banget gue jadi nyamuk." Balas Febby, "idih.. yaudah sana turun, naik gojek aja sana." Ucap Farel bercanda.
"Parah lo Rel, dikira gue cabe apa diturunin tengah jalan? Kakak macam apa lo?" Geram Febby. Luna yang berada ditengah Farel dan Febby hanya bisa ikut tersenyum melihat kakak beradik itu. "Ya emang lo cabe." Jawab Farel tertawa renyah.
"Cabe elit gue mah." Bangga Febby sembari menghempaskan rambutnya membuat Farel mengeluarkan tawanya. "Mana ada cabe elit, Fe.."
"Ya adalah"
"Apa?"
"Paprika" jawab Febby membuat semuanya tertawa bahkan Febby pun ikut tertawa.
Suasana hangat itu berhasil membuat suasana hati Febby juga ikut membaik, Febby bisa sedikit melupakan kejadian beberapa saat yang lalu. "Jadi mau ikut apa nggak?" Tanya Farel memastikan. "Gak. Tapi gue gak mau diturunin tengah jalan, lo harus anterin gue dulu sampai rumah." Ucap Febby.
Farel menghembuskan nafas pasrah, "nyesal gue angkat telpon lo tadi." Lirih Farel membuat Luna dan Febby tertawa. "Kalau gitu kita gak usah jadi jalan aja Rel. Ke rumah lo aja, gimana?" Luna menatap Farel dan Febby bergantian, yang ditatap pun saling melempar pandangan. "HAHAHA mantap Lun. Udah balik aja Rel balik." Ucap Febby girang. Farel membawa mobilnya menuju rumahnya.
-
Setelah tiba dirumahnya Febby langsung menuju kamarnya, tidak perduli dengan Farel dan Luna yang masih asik berbincang dengan Citra.
Febby melempar tasnya asal, kemudian tubuhnya terduduk dipinggir ranjang. Air mata yang ia coba bendung sedari tadi lolos begitu saja. Febby mencoba menahan isakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Brother✔
Teen Fiction[COMPLETED] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) Memang ya, jika hati sudah sayang rasa benci tidak akan semudah itu untuk merubah rasa sayangnya. Kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu membuat kakak beradik ini menjadi renggang. Kehangat...