Hall yang disulap menjadi ruangan pesta bernuansa perak itu tampak ramai. Antrian salaman menuju pelaminan, serta deretan stan makanan tampak ramai.Ini adalah pesta pernikahan mewah yang terpaksa Syafa hadiri sendirian. Adik-adiknya tidak ada waktu kosong. Mereka semua sibuk. Tapi gadis itu sudah janji untuk datang pada sang mempelai.
Dari jauh ia bisa melihat wajah Jasmin, sang mempelai yang begitu cerah. Senyumnya merekah dan sama cerahnya dengan cuaca di luar sana.
Syafa pun ikut berbaris. Ia ingin segera memberikan selamat kepada Jasmin, teman baiknya saat SMA. Sayangnya, langkah gadis itu harus tertahan karena bertemu dengan teman SMA lainnya.
"Syafa!" Panggil suara itu.
Syafa terpaksa berbalik dan menyematkan senyum palsu di bibir.
"Hai, Dahlia."
"Kamu sendirian?"
Well, Dahlia si anti-jomblo tampak siap menghujani kata-kata sindiran untuknya. Apalagi Syafa juga melihat Inge. Lengkap sudah ia dikeroyok ibu-ibu.
"Memang datang kondangan nggak boleh sendirian?" Balas Syafa.
"Ya bukan gitu... tapi masa kamu nggak ada gitu barengannya?"
"Nggak ada." Syafa menjawab ketus. "Aku mau salaman dulu." Pamitnya.
Gadis itu segera bergabung dalam barisan. Lebih baik menunggu lama untuk salaman daripada harus berhadapan dengan Dahlia. Malas.
"Jasmin, selamat ya. Akhirnya..." Syafa tersenyum lebar. Kemudian memeluk Jasmin.
"Makasih loh udah dateng. Nanti pas giliran kamu, jangan lupa undang aku juga loh." Canda Jasmin.
Syafa mengangguk kecil. Ia sendiri sudah pesimis. Akankah dirinya bisa berada di posisi Jasmin sekarang?
Entahlah.
"Karena undangannya rame banget, aku harus cepat-cepat. Sekali lagi, selamat ya. Semoga jadi keluarga samawa." Ucap Syafa sebelum melanjutkan perjalanan untuk turun dari pelaminan.
Sebisa mungkin gadis itu menghindari teman-teman SMAnya. Ia benar-benar malas menghadapi pertanyaan tentang gilirannya.
Jadi ia sengaja berlama-lama memilih stan yang makanannya ingin ia coba. Awalnya Syafa berdiri di depan pondokan bakso, kemudian berubah pikiran ke siomay. Setelah itu melipir ke tempat sate.
"Syafa?"
Gadis itu menoleh. Ia mendapati senyum lebar dan lesung pipi dalam seoarang Gilang.
"Kang Gilang? Ketemu lagi kita." Sambut gadis itu.
"Iya nih. Kebetulan aja atau takdir ya?" Gilang sok berpikir. Namun ia segera terkekeh saat menyadari kekonyolan dirinya. "Dapat undangan dari pengantin yang mana?"
"Yang cewek, Kang. Temen SMA." Jelas Syafa.
"Oh..."
"Akang kenal juga sama pengantinnya?"
"Enggak. Itu yang pengantin cowok temen kantornya pacarku."
"Oh..."
Gilang melambaikan tangannya ke sosok gadis berambut panjang dan sangat cantik.
"Itu pacarnya Akang?" Tanya Syafa.
"Yoi."
Senyum sumringah Gilang semakin lebar saat sang kekasih menghampiri.
Syafa ikut tersenyum hangat. Lalu mengulurkan tangan pada wanita cantik yang merupakan kekasih hati dari seniornya saat kuliah itu.
"Ini Syafa, junior aku di kampus dulu." Gilang memperkenalkan Syafa pada pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Kondangan (Complete)
RomanceDalam sebulan, Syafa bisa menghadiri lima kali kondangan. Sebenarnya tidak masalah, toh gadis itu senang-senang saja karena bisa mencicipi makanan gratis. Masalahnya adalah partner kondangan yang tidak pernah permanen.