Kata-kata Bhumi kemarin masih terngiang di telinga Syafa. Gadis itu tidak ingin gede rasa, tapi hatinya sempat jumpalitan.Ia masih belum percaya diri untuk menerima begitu saja kata-kata manis dari seorang lelaki. Meski Bhumi adalah lelaki baik yang terus-terusan dipromosikan oleh Syandana.
"Sumpah kak, gue masih kaget aja Lo bisa pergi kondangan bareng Bang Bhumi. Kalian kan baru ketemu sekali." Ujar Syandana.
"Kak, lo desperate apa gimana?" Sambung Syabil.
Well, kemarin sore para adik memang heboh. Pasalnya mereka melihat sang kakak pulang kondangan bersama lelaki. Bhumi.
Meski sudah dijelaskan beberapa kali kalau mereka tidak sengaja bertemu, tetap saja mulut mereka bawel. Kecuali Syandana yang percaya. Lainnya? Tidak.
"Tapi kalau emang lo desperate jangan sampai mainin hati Bang Bhumi. Dia tuh masih polos tau."
Syafa jadi bingung, ini yang kakaknya Syandana itu dirinya apa Bhumi? Kesannya seperti Syafa akan menyakiti seorang Bhumi.
"Kalian nih... terserahlah mau ngomong apa. Capek." Syafa beranjak dari rebahan ya di sofa. Gadis itu menghampiri bunda yang sedang menata kue ke dalam kotak. "Mau dibawa ke mana, Bun?"
"Arisan. Kamu ikut yuk, temenin bunda." Ajak wanita lima anak itu.
Syafa sebenarnya malas. Hanya saja, para adik sedang kompak berada di rumah. Daripada dikeroyok mereka karena kejadian kemarin, lebih baik ikut bunda.
"Pulangnya jalan-jalan sekalian ya." Tawar gadis itu.
"Tapi kakak yang jajanin bunda." Ibu dan anak itu bernegosiasi.
"Beres."
Kapan lagi mereka menghabiskan quality time berdua saja? Selama ini waktu bunda tersita untuk si bungsu. Syana memang seringkali mendominasi waktu bunda. Apalagi Syafa yang sulung harus bisa mandiri sejak kecil.
Nasib jadi sulung dari lima saudara.
"Ya udah, kakak siap-siap." Ucap gadis itu. Ia melesat ke kamar untuk bersiap.
Berhubung ini arisan klub senam yang bunda ikuti, maka gadis itu berniat tampil rapi dan sedikit lebih santai.
"Kita naik taksi aja ya... soalnya mobilnya dipakai ayah." Ujar bunda ketika mereka siap berangkat.
"Oke."
Syafa setuju-setuju saja. Lagipula, ia belum benar-benar percaya diri untuk menyetir. Padahal punya SIM dan sudah lama bisa. Mungkin karena jarang membawa mobil.
Biasanya, bunda dan teman-teman senamnya mengadakan arisan di sebuah kafe dekat gym. Tidak begitu jauh dari rumah. Beberapa Syafa kenal karena tinggal di lingkungan yang sama. Lainnya sangat asing.
Ada sepuluh ibu-ibu seusia bunda. Mereka anggota klub senam yang secara konsisten hadir sejak tiga tahun lalu.
Syafa seringkali merasa takjub dengan sang bunda. Meski lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, tapi tetap bisa memilih kegiatan bermanfaat dan punya banyak teman.
"Cantik banget putrinya, Jeng Nanda." Puji seorang ibu-ibu. Meski sudah berumur, beliau tampak cantik dan bersahaja.
"Makasih, Tante." Syafa tersenyum tulus. Senang juga dapat pujian.
Ternyata bukan hanya bunda yang mengajak anak. Beberapa ibu lainnya juga begitu. Tapi rata-rata anak mereka masih remaja dan duduk di meja lain. Sangat tenang karena sibuk dengan ponsel masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Kondangan (Complete)
RomanceDalam sebulan, Syafa bisa menghadiri lima kali kondangan. Sebenarnya tidak masalah, toh gadis itu senang-senang saja karena bisa mencicipi makanan gratis. Masalahnya adalah partner kondangan yang tidak pernah permanen.