13. Malam dan Minggu

4.4K 500 29
                                    


Jalanan di malam minggu sangatlah ramai. Ini terjadi bukan hanya di ibu kota. Dulu Syafa pernah ikut liburan bersama keluarganya ke Lombok. Pusat kotanya sangat ramai dan macet saat malam minggu. Padahal itu kota kecil. Bayangkan ibu kota yang besar ini, seperti apa ramainya?

Sudah pukul sembilan ketika akhirnya gadis itu diantar pulang oleh Sadewa. Namun karena macet, keduanya masih berada di jalan saat hampir pukul sepuluh.

"Kamu nggak apa-apa pulang agak telat?" Tanya lelaki itu khawatir.

"Tenang... ayah sama bunda bukan orang tua yang kolot. Mereka ngerti juga sikon di jalan. Lagipula saya kan diantar kamu." Jawab Syafa.

"Memangnya kenapa kalo diantar sama saya?"

"Ya... nggak apa-apa. Kamu baik."

Mendengar itu Sadewa terkekeh. Lalu kembali menjalankan motornya karena antrian kendaraan merangkak maju. Walau setelah itu harus kembali tersendat.

"Saya cuma berusaha tanggung jawab. Kan sudah ngundang malam-malam."

"I know."

"Syafa." Panggil lelaki tampan, teman masa kecil Syafa itu.

"Ya?"

"Mampir bentar di situ dulu yuk!"

Sadewa akhirnya minggir dari jalanan padat. Memarkir motornya di halaman parkir sebuah toko.

"Mau ngapain?" Tanya Syafa heran.

"Tuh." Tunjuk Sadewa pada penjual martabak di emper toko. "Beliin buat orang rumah, sekalian istirahat sebentar. Macet banget."

Gadis itu mengangguk. Kemudian mengikuti langkah Sadewa, mendekat ke penjual martabak.

"Adik-adik kamu suka yang manis apa yang telur?"

"Mereka sih apa aja pasti di makan. Nggak pakai pilih-pilih. Urusan makan ya... udah kayak vacum cleaner. Apalagi Syafiq."

Sadewa terkekeh. Bisa membayangkan bagaimana bar-bar-nya adik-adik Syafa saat dihadapkan pada makanan.

"Ya udah." Tanggap lelaki itu, kemudian memesan pada penjual. "Bang, martabak cokelat keju satu, nutella satu, terus martabak telur spesialnya dua."

"Banyak banget?" Tanya Syafa heran.

"Biar puas."

Setengah jam berlalu. Jalanan pun mulai terlihat lancar walau masih ramai.

Tepat ketika pesanan-pesanan selesai dibuat.

Keduanya kembali berjibaku di jalanan. Tapi tidak lama sampai di depan rumah Syafa.

"Jadi kemaleman." Ucap Sadewa tidak enak.

"Nggak masalah." Syafa terkekeh. "By the way, makasih ya..."

Sadewa tersenyum lalu mengangguk.

Ia berniat untuk segera pergi, namun tiba-tiba hujan turun langsung deras. Tidak ada peringatan gerimis sama sekali.

"Masuk dulu, Dewa." Ajak Syafa sambil tergopoh membuka pintu pagar.

.
.
.

Hujan deras di malam yang larut adalah kesukaan Syafa. Ia bisa tidur dengan nyenyak karena suara juga bau hujan.

Sayangnya kali ini, ia masih harus terjaga. Ada Sadewa yang terpaksa mencari naungan, menghindari hujan di malam hari.

"Kalau masih deras, nginep di sini aja, Nak Dewa. Nanti biar salah satu dari Syabil atau Syafiq tidur di depan." Ucap bunda.

Partner Kondangan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang