22. Alasan

3.7K 463 10
                                    


"Beneran nih ntar pulang sendiri?" Tanya Syafiq. Pemuda itu menerima helm yang tadi digunakan Syafa.

"Benerlah. Emang kamu mau jemput?"

"Ya... enggak sih. Paling gue minta Bang Syabil atau Adek yang jemputin. Hahaha."

Syafa yang melihat kesongongan sang adik lantas menoyor pelan kepalanya. Sebal.

"Gampang itu sih. Banyak kendaraan umum juga. Lagian kakak juga nggak tau lama apa enggak. Banyak buku yang mau dibeli."

"Awas aja kebablasan beli baju sama sepatu juga."

"Meneketehe. Liat aja ntar."

Memang Syafa sedang berada di mal. Ia menumpang motor adiknya. Sebenarnya mereka baru pulang kondangan. Tapi berhubung gaya busana Syafa yang tidak formal, jadi sekalian saja. Lagipula mal yang di datangi dekat dari gedung acara. Sementara itu, Syafiq tidak bisa menemani. Ia harus mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya.

Agenda Syafa di Sabtu siang ini adalah belanja. Ada beberapa buku yang sedang dicarinya.

Tujuan utama gadis itu saat memasuki mal adalah toko buku. Urusan jalan ke tempat lain sih, gampang.

Jalan-jalan ini juga menjadi bentuk menghibur dirinya. Apalagi tadi di kondangan, banyak sekali yang mengungkit, 'kapan nyusul?'.

Sebal.

Syafa kan sedang healing dari luka hatinya.

Well, luka itu masih berdarah. Akibat torehan Sadewa yang belum lewat dari seminggu. Luka hatinya masih sangat baru.

Bicara tentang Sadewa, gadis itu sudah tidak bisa lagi menghubunginya. Bahkan Sadewa juga tidak aktif di sosmed.

Pengecut?

Mungkin.

Tapi Syafa masih penasaran dengan alasan pasti lelaki itu meninggalkannya. Ia belum keluar dari fase Denial terhadap sikap Sadewa. Jauh di dalam lubuk hati Syafa, ia percaya bahwa ada alasan kuat mengapa Sadewa malah mencampakkannya.

Oke, lupakan Sadewa. Syafa sekarang mencoba ikhlas. Ia tidak mau sakit berlarut-larut. Jadi, mari belanja.

Seperti biasa, gadis itu akan mengitari toko buku. Membaca deskripsi buku-buku yang menarik perhatiannya. Bergerak dari satu rak ke rak lain.

Sesuka itu ia dengan buku.

Meski sekarang bertebaran e-book yang dari harga jelas lebih murah dan mudah diakses, ia lebih suka buku dalam bentuk susunan kertas. Syafa selalu suka sensasi bau kertas dan tinta. Entahlah... itu dapat membuatnya lebih senang menelisik tiap kata di dalamnya.

Tanpa ragu ia mengambil beberapa buah buku di bagian rak berbeda-beda. Kemudian segera membayar.

Syafa ingin melihat-lihat baju dan sepatu. Mungkin ada yang cocok dan bisa dibelinya. Kebetulan sepatu Syafa ada yang mulai rusak.

Langkahnya begitu ringan saat keluar toko buku. Ia memilih satu toko sepatu yang tidak jauh dari tempatnya berjalan. Melihat-lihat dengan mata berbinar.

Banyak pilihan bagus.

Hingga di satu sudut, matanya terkunci pada sosok itu.

Sadewa.

Lelaki yang menorehkan luka padanya.

Lelaki itu berdiri di luar toko sambil menatapnya.

Mata mereka bertemu, namun lelaki itu segera mengalihkannya. Ia berlalu.  Hal itu membuat Syafa segera keluar toko.

Partner Kondangan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang