Syafa mematut dirinya di depan cermin. Gadis itu merapikan poninya dan memoles lipstik berwarna natural ke bibir."Oke, sempurna. Kamu memang cantik, Syafa. Sayang aja ditinggal nikah." Gumamnya pada diri sendiri.
Kabar terakhir yang gadis itu terima, Sadewa benar-benar menikahi temannya. Mereka juga sudah berangkat ke Jerman.
Kadang, gadis itu masih berandai. Jika semua berjalan lancar, maka saat ini ia ada di Jerman bersama Sadewa. Bukannya mengaca untuk lagi-lagi datang kondangan.
"Kak." Panggil suara dari luar kamar. "We go or not? Why are you taking so long to apply make-up?"
"Sebentar." Sahut gadis itu.
Ia segera keluar dan mendapati sepupunya berdiri sambil tersenyum lebar di depan pintu.
Meka. Sepupu Syafa yang hari ini menjadi partner kondangannya. Berhubung para adik sangat sibuk, jadi Meka menjadi opsi akhir. Lagipula, lumayanlah. Si Meka ini tidak memalukan untuk dijadikan gandengan. Ganteng dan gentle orangnya.
Cuma ya gitu...
"You know, this is my first time to attend kondangan. When I was still in Canada, I never attend any kondangan. Mum and dad went without me."
Bahasa Indonesianya belum lancar. Jadi Syafa harus terus mendengar ocehan dalam Bahasa Inggris yang terkadang ia campur dengan Bahasa Indonesia.
Maklum, Meka lahir dan besar di Kanada. Keponakan ayah satu ini baru kembali ke tanah air tahun lalu. Tepat ketika Meka masuk kuliah.
"Kamu pasti suka di sana. Banyak makanan." Tanggap Syafa. Ia memimpin jalan untuk keluar rumah.
"Bun, Syafa pergi dulu." Pamit gadis itu sambil mencium tangan bundanya.
"Bunda, don't miss me." Canda Meka sambil ikut menyalami tangan bunda.
Dua saudara sepupu itu pun keluar rumah dan segera masuk ke dalam taxi pesanan yang baru tiba.
Berhubung Meka tidak bisa bawa motor dan belum mengurus SIM mobil, jadi taxi adalah kendaraan paling mungkin digunakan.
"Apa datang ke kondangan harus couple?" Tanya Meka yang selalu penasaran dengan hal-hal baru di Indonesia.
"Hmmm... nggak juga. Supaya nggak garing aja. Coz, orang lain pasti bawa pasangan." Jelas gadis itu.
"It's not fair for a single like you."
Rasanya Syafa dalam dilemma. Entah ia harus setuju atau merasa tersindir dengan ucapan polos sepupunya. Jika yang bicara Syafiq atau Syana, ia pasti ngamuk dan menjambak rambut adik-adiknya. Sementara ini, Meka.
The most innocent boy yang pernah Syafa temui. Sampai gadis itu merasa gemas dan ingin menukar tiga adiknya yang lain dengan satu Meka ini.
Taxi yang mereka tumpangi tiba di tujuan. Mereka pun segera turun dan masuk ke dalam.
"Wah..." Mulut Meka menganga. Ia merapikan posisi kacamata bundarnya yang agak melorot. "Amazing." Gumamnya dengan arah pandang menuju tempat makanan. "Can I go there?"
"Iya. Kakak salaman dulu sama pengantinnya. Nanti kamu cari tempat duduk aja di pojok sana." Tukas Syafa.
Gadis itu mengusap kepala Meka sebelum ikut mengantri menuju pelaminan.
Hari ini ia memenuhi undangan Pak Sapta. Wakil kepala sekolah di tempatnya mengajar. Anak sulung Pak Sapta akhirnya menikah setelah bertahun-tahun pacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Kondangan (Complete)
RomantizmDalam sebulan, Syafa bisa menghadiri lima kali kondangan. Sebenarnya tidak masalah, toh gadis itu senang-senang saja karena bisa mencicipi makanan gratis. Masalahnya adalah partner kondangan yang tidak pernah permanen.