43. Swalayan

3.7K 523 6
                                    

Gilang mendengus sebal saat membaca chat dari mamah. Selalu saja tiap pulang kerja, ia di minta mampir swalayan untuk membeli barang-barang. Padahal saat belanja bulanan, Gilang selalu menyarankan untuk langsung beli semua yang di butuhkan.

Lelaki itu mendorong troli sambil melihat catatan dari mamah.

"Tepung almond?"

Kakinya yang panjang melangkah kecil menuju rak khusus tepung.

"Ketemu." Gumamnya.

"Bisa tolong ambilin tepung almond juga?" Ujar suara yang ia kenal.

"Syafa?" Senyum lelaki itu merekah.

"Hai, Kang. Ketemu lagi kita."

"Mau tepung almond juga?" Tanya lelaki itu.

Syafa mengangguk antusias. Ia memang agak kesulitan mengambil karena posisi tepung ada di rak teratas.

"Ambil sendiri." Gilang memulai aksi jahilnya.

"Kang... minta tolong." Pinta gadis itu. Ia sedang lelah dan ingin cepat selesai membelanjakan titipan bunda.

Gilang tersenyum lebar dan mengambilkan satu bungkus tepung untuk Syafa pada akhirnya.

"Kamu kelihatan capek banget?" Gilang menyadari wajah Syafa yang pucat.

"Iya. Lagi ngurusin soal untuk UTS. Capek banget mikirnya." Keluh Syafa.

Keduanya berjalan beriringan. Karena belanjaan masing-masing cukup sedikit, jadi mereka menggunakan satu troli saja.

"Ya namanya kerja. Apa pun itu memang bikin capek. Tapi kalau di bawa senang, pasti lebih ringan." Gilang menyemangati.

"Iya, Kang." Syafa jadi sedikit lebih bersemangat setelah mendengarnya.

"Eh, awas."

Tubuh Syafa ditarik mendekat ke arah Gilang saat seorang anak berlarian sambil mendorong troli.

Gadis itu segera menjauh saat di rasa sudah aman. Kemudian berjalan lebih dulu untuk mencari barang yang akan ia beli.


"Duh... Ngapain salting gitu sih." Gerutu Syafa saat berjalan cepat meninggalkan Gilang di belakang.

.
.
.

"Silahkan di coba minumannya, Pak." Tawar seorang pramuniaga. Ia membawa beberapa gelas kertas kecil di atas nampan. Meminta orang-orang mencobanya.

"Minuman apa ini?" Tanya Gilang iseng.

"Jamu penambah energi pak. Khasiatnya bukan cuma menghilangkan pegal-pegal loh... bisa bikin bapak semakin perkasa juga." Pramuniaga lelaki itu mengerling jahil pada Gilang dan Syafa yang berdiri di sebelahnya. "Istrinya pasti suka."

Mendengar itu Gilang tertawa garing. Lalu menarik tangan Syafa untuk pergi.

"Nggak mau coba, Pak?"

Tapi lelaki itu tidak menggubris. Ia menarik Syafa untuk pergi ke tempat buah-buahan.





Syafa terkekeh, "udah kelihatan bapak-bapak ya, Kang."

"Jangan ngejek gitu, kamu juga di kira istri akang. Berarti ibu-ibu dong." Celetuk Gilang.

"Nggak salah yang jualan sih. Emang umur kita segitu, Kang." Gadis itu tampak santai saja. Ia malah mulai memilih jeruk untuk dibeli. "Tante Ruri mau jeruk yang impor apa lokal?"

"Lokal."

Jadi Syafa berjalan ke sisi lain keranjang jeruk. Ia memegang buah-buah tersebut sambil memeriksa tampilannya dengan seksama.

Partner Kondangan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang