2. Orang Baru

8.8K 912 36
                                    


Pagi-pagi sekali Syafa sudah tiba di SMA tempatnya mengajar sebagai guru bahasa inggris. Gadis itu biasa datang sangat awal untuk menyiapkan materi mengajar. Maklum, jika sudah sampai rumah ia agak sedikit malas. Terlalu lelah untuk menyentuh hal-hal berbau pekerjaan. Itu sebabnya, Syafa lebih memilih datang awal dan pulang terlambat. 

Namun pagi ini ada yang berbeda. Biasanya gadis itu akan sendirian di ruang guru. Tidak pagi ini. Di meja ujung ruangan terdapat satu orang lelaki yang terlihat serius membaca file dalam map. 

Siapa dia?

Gadis itu tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti bahwa dia adalah manusia. Bukan setan penunggu sekolahan. Kenapa Syafa bisa yakin? Karena mana ada setan yang minum kopi di pagi hari. Lagipula bau kopinya tercium jelas. Kaki lelaki itu pun menapak lantai dengan sempurna.

"Selamat pagi." Sapa lelaki asing itu. Bibirnya menyunggingkan senyuman hingga membuat matanya terlihat segaris. 

"Pagi." Balas Syafa. Ia langsung duduk di meja yang terletak persis di sebelah meja lelaki itu. 

"Saya guru Fisika baru." Ucap lelaki itu lagi. File yang tadi dibacanya sudah tergeletak manis di atas meja. Sementara tangannya malah terulur pada Syafa. "Sadewa." 

Ragu-ragu gadis itu membalas uluran tangan, "Syafa. Guru bahasa inggris di sini."

Bibir lelaki bernama Sadewa itu merekah lebar, "salam kenal."

Syafa mengangguk canggung dan kembali fokus dengan niat awalnya. Mempersiapkan bahan mengajar untuk hari ini. 


.

.

.


"Okay, class. See you!" Syafa merapikan buku paket yang dibawanya dan segera keluar dari ruang kelas XII-IPA 3 setelah mendengar bel istirahat berbunyi. 

Sama seperti para murid yang energik, gadis itu menunggu jam istirahat makan siang. Sejak tadi perutnya terus keroncongan. Untung saja bunyinya tidak menggema ke penjuru ruang kelas. Bisa malu jika terdengar oleh para murid. 

Syafa melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju ruang guru di lantai satu. Kebetulan memang sekolah tempatnya mengajar punya tiga lantai. Ada fasilitas lift juga untuk para guru. Hanya saja itu khusus guru-guru berusia lanjut dan sedang hamil. Sementara bagi guru muda dan sehat seperti Syafa, harus menggunakan tangga sebagai akses penghubung antar lantai. Itu adalah kekurangan dari peraturan sekolah tempatnya mengajar ini. Menurut Syafa begitu. 

Ia menghembuskan napas dengan kencang saat kakinya menapak lantai dasar. Kemudian lanjut menyusuri koridor hingga menemukan pintu ruang guru yang ternyata sedang ramai di depan. 

"Pada ngapain?" Tanya Syafa saat mendekat. Para siswi terlihat berkumpul di depan pintu, ada juga yang mengintip ke arah dalam dari kaca jendela. 

"Siang, Bu Syafa." Sapa anak-anak itu. 

"Cari siapa ya?" Tanya Syafa lagi. 

"Enggak, Bu." Para remaja putri itu pun langsung bubar dan cepat-cepat pergi. 

"Aneh." Gumam gadis itu, lalu segera masuk ke dalam ruangan. 

Sebagian guru nampaknya masih dalam perjalanan kembali menuju ruangan, atau mereka langsung ke kantin. Biasanya seperti itu. Syafa sendiri lebih senang meletakkan barang-barang mengajarnya baru pergi makan. Rasanya lebih lega dan nyaman saja. Makan tanpa terganggu dengan urusan pekerjaan. 

Partner Kondangan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang