Abang kan Minggu ini keluar kota sama Syandana juga.Pesan balasan dari Bhumi saat Syafa bertanya apa ia bisa menemani pergi kondangan.
Naasnya, ia lupa kalau Bhumi sedang sibuk. Padahal Syafa juga ingin pergi bersama pasangan. Kapan lagi kan?
"Gue weekend ini mau camping bareng Malik." Jawaban Syabil saat Syafa meminta tolong.
"Gue sama adek ada rapat karang taruna, Kak. Mau persiapan lomba peringatan ulang tahun komplek perumahan kita." Syafiq juga berhalangan pun Syana.
Lantas, untuk apa punya kekasih tapi tetap pergi sendiri juga?
Ponsel gadis itu lalu bergetar. Tanda sebuah pesan chat masuk.
Ada barengan ke acaranya Duta? Akang sendiri nih... Kalo Bhumi bolehin, akang nebeng kalian ya... Nggak enak banget kalo harus sendirian.
Isi pesan dari Gilang. Sungguh kebetulan sekali. Mereka tidak punya teman untuk hadir ke acara pernikahan Duta, senior Syafa sekaligus teman kuliah Gilang.
"Syafa! Udah ditungguin Gilang!" Seru bunda dari luar kamar.
Gadis itu merapikan rambutnya yang tergerai, lalu cepat-cepat keluar kamar.
"Lama amat deh." Gerutu Gilang yang sudah menunggu setengah jam.
"Namanya juga ketiduran, Kang. Untung disamperin, kalo nggak ya bablas." Syafa memberi alasan.
Gadis itu berjalan lebih dulu, namun Gilang menarik tas Selempangnya. Hampir saja Syafa terjungkal karenanya.
"Sumpah si akang ngeselin banget." Dumal Syafa.
"Pinjemin kunci motor dong."
"Lah? Emang nggak bawa mobil?"
"Lagi masuk bengkel."
"Ya naik taksi deh."
"Ogah ah... Macet. Ini malam Minggu, Fa."
"Hadeh..."
Gadis itu menepuk dahinya, lalu berjalan menuju sebuah gantungan tempat menyimpan kunci di tembok ruang makan.
"Bun, berangkat dulu ya..." Pamit Syafa.
"Bunda... Gilang juga berangkat ya... pinjem motornya." Lelaki itu menyalami bunda dan mencium tangannya dengan santun.
Kemudian menyusul Syafa yang sudah lebih dulu keluar rumah.
"Sejak kapan akang manggil bunda? Biasa juga Tante." Tanya Syafa heran.
"Sejak setengah jam lalu. Habisnya belibet banget deh manggil Tante. Biasa juga akang manggil bibi atau malah ibu ke saudaranya mamah. Enak aja dengernya, lebih akrab."
Dua teman yang beberapa waktu ini kembali dekat itu akhirnya menaiki motor matic putih milik si bungsu.
"Kenapa Kak Nata nggak bisa ikut?" Tanya Syafa. Ia belum tahu alasan mengapa Gilang sendirian menghadiri kondangan.
"Soalnya Nata ke gereja pas Sabtu sore." Jawab lelaki itu.
"Oh."
Gadis itu kemudian memilih diam. Ia mencoba menikmati semilir angin sore yang bercampur polusi kendaraan. Untungnya, parfum yang dipakai Gilang cukup sedang dihirup.
Tapi Gilang tidak tahan hanya diam saja selama perjalanan. Meski harus teriak-teriak agar terdengar, ia tetap mengajak Syafa untuk mengobrol.
"Kamu belum cerita hasil kunjungan bawa kesukaan camer." Tuntut lelaki itu. Sebagai pemberi saran, ia juga ingin tahu perkembangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Kondangan (Complete)
RomanceDalam sebulan, Syafa bisa menghadiri lima kali kondangan. Sebenarnya tidak masalah, toh gadis itu senang-senang saja karena bisa mencicipi makanan gratis. Masalahnya adalah partner kondangan yang tidak pernah permanen.