Kaki Syafa melangkah tanpa peduli sepatunya akan basah oleh genangan air di trotoar. Sementara tangan kanannya menutupi kepala agar tidak terkena hujan. Ya... walaupun itu mustahil karena air yang jatuh sangat deras. Bukannya berteduh, wanita itu malah menerobosnya menuju halte.
Hari cukup sore ketika ia pulang dari sekolah tempatnya mengajar. Alasan hujan ini juga membuat adik-adiknya tidak bisa menjemput. Si Syana yang juga muridnya, tidak membawa motor dan harus menyelesaikan tugas kelompok lebih dulu sebelum pulang. Tidak ingin sampai rumah terlalu malam, ia pun memutuskan menerjang hujan.
Beruntung, bus yang mengarah ke rumah segera datang. Jadi Syafa bisa bernafas lega. Ia juga mendapat tempat duduk di sebelah seorang ibu-ibu yang memangku anak balitanya.
Hujan masih turus dengan deras. Sesekali bus berhenti karena terjebak antrian lampu merah yang panjang. Sampai pada akhirnya berjalan pelan. Jalanan mulai ramai dan macet. Mungkin ada ruas jalan yang tergenang air cukup tinggi. Apalagi alasannya jika sedang hujan seperti ini bukan?
Sebenarnya tadi, Sadewa sempat menawarkan diri untuk mengantar. Tapi wanita itu terus menolak. Ia bahkan cenderung menghidar dari rekan kerjanya. Soal ucapan lelaki itu. Jujur saja ia kepikiran. Mau sebagaimana pun ditepis, ada rasa membuncah dalam hati Syafa.
Aku kenapa sih?
Bus yang ditumpanginya kembali berhenti. Beberapa orang termasuk ibu dan balita di sebelah Syafa turun. hanya beberapa orang yang masuk dan salah satunya wanita itu kenali. Lantas ia menggeser duduk menjadi mepet jendela.
"Baru pulang juga?" Tanya lelaki tampan yang rambut dan sebagian kemejanya basah.
"Iya, Bang. Biasa, namanya juga sekolah full day." Jawab Syafa.
Elang tersenyum kecil. Ia merogoh saku kemejanya dan menawari sebungkus permen coklat.
"Makasih." Tidak ada alasan untuk Syafa menolak pemberian permen. Toh ini Elang. Bukan orang random mencurigakan yang akan mencampur coklat dengan obat bius untuk menculiknya. Apalagi memasukkan narkoba untuk menjebaknya.
-
"Ibu saya cerita, di arisan RT saya populer ya? Jadi calon mantu idaman gitu." Tanya Elang tiba-tiba. Kali ini mereka sudah turun dari bus. Keduanya berjalan bersisian dan berlindung pada satu payung berukuran sedang milik Elang.
So sweet.
Maka hal itu membuat mereka harus berjalan dengan jarak yang sangat dekat. Syafa bisa mencium aroma pinus dari parfum yang digunakan oleh Elang. Wanginya enak dan menenangkan. Syafa suka.
"Di komplek kita ada dua calon mantu yang paling diidamkan. Bang Elang sama Syandana."
"Oh ya?"
"Begitulah."
"Kalau kamu? Termasuk mantu idaman nggak?"
"Mana saya tau. Bunda nggak pernah cerita."
"Tapi kalau menurut ibu saya, kamu cukup oke buat jadi mantu. Apalagi semua orang tau bagaimana keadaan keluargamu. Harmonis sekali. Itu poin paling penting dalam penilaian menentukan jodoh anak-anak mereka bagi para ibu."
Mendengar penuturan Elang, Syafa hanya bisa terkekeh.
"Kenapa malah ketawa?" Tanya Elang.
"Lucu aja. Kesannya kayak Bang Elang lagi mau minta pemdapat apa saya mau sama Abang." Jelas gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Kondangan (Complete)
RomanceDalam sebulan, Syafa bisa menghadiri lima kali kondangan. Sebenarnya tidak masalah, toh gadis itu senang-senang saja karena bisa mencicipi makanan gratis. Masalahnya adalah partner kondangan yang tidak pernah permanen.