"Gilang." Panggil mamah saat Gilang melewati ruang keluarga menuju dapur. Wanita itu meminta putra bungsunya untuk mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Kenapa, mah?"
"Semalam, mamah mimpi ketemu bapak kamu."
"Terus?"
"Firasat ibu nggak enak. Bisa jadi pertanda mamah mungkin bakalan nyusul bapak."
"Mamah, jangan ngelantur."
Gilang tidak pernah suka saat mamahnya bicara seperti ini. Ia masih ingin bersama sang mamah dalam waktu yang lama.
"Namanya umur, siapa yang tau sih, Lang." Tapi mamah selalu bicara dengan santai. "Mamah jadi kepikiran, kamu kan belum nikah. Kalo udah di panggil duluan, gimana?"
"Makanya, mamah jangan mikir begitu."
"Makanya, kamu cepetan."
"Mah..."
"Kamu deket kan sama Syafa? Daripada susah cari-cari, sama dia aja."
"Itu sih maunya mamah."
"Emang."
Dan percakapan itu membuat Gilang menjadi overthinking. Jika di pikir kembali, memang tidak ada yang salah dari ucapan mamah. Usia manusia, siapa yang tahu. Bisa saja terhenti besok atau detik berikutnya.
Lalu...
Syafa...
Lelaki itu mengacak rambutnya. Syafa memang gadis yang baik dan asyik. Kadang juga bertingkah lucu saat sedang kesal. Bayang-bayang ekspresi gadis itu pun terputar dalam otaknya. Juga, senyumnya.
Besok jadi ikut, Kang? Kita jalan jam setengah tujuh pagi.
Pesan masuk dari Syandana, adik Syafa.
Jadi.
Ia juga sudah jauh terlibat dalam kehidupan keluarga gadis itu. Bahkan Nata, tidak pernah merasakan keakraban Gilang dan keluarganya. Kecuali dengan Kevin.
Lagi-lagi ia harus mendnegus frustasi. Apa yang harus ia lakukan untuk bisa memenuhi permintaan mamah?
.
.
.
Syafa membantu bunda menyiapkan bekal untuk rombongan pemancing yang akan berangkat pagi nanti. Sejak sebelum subuh, Syafa menahan kantuk. Ia bertugas memotong sayuran dan mengocok telur. Si bungsu kebagian membuat nasi goreng untuk sarapan. Syandana sibuk meracik kopi sebagai bekal dan untuk di minum saat sarapan nanti. Ayah, Syabil, dan Syafiq, sedang mempersiapkan peralatan mancing.
"Memangnya kita mancing di mana?" Tanya Gilang yang sudah datang sehabis subuh.
"Empang punya engkongnya kakek." Jawab Syana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Kondangan (Complete)
RomanceDalam sebulan, Syafa bisa menghadiri lima kali kondangan. Sebenarnya tidak masalah, toh gadis itu senang-senang saja karena bisa mencicipi makanan gratis. Masalahnya adalah partner kondangan yang tidak pernah permanen.