30. Jadi Keseret

3.4K 448 12
                                    


Syafa itu adalah gadis yang tidak mau ambil pusing. Ia juga tidak suka terlibat dalam urusan orang lain.

Tapi...

Semua gara-gara Gilang. Seniornya itu menjadikan Syafa menjadi tamengnya untuk menutupi hubungan dengan sang pacar. Padahal mereka baru saja bertemu lagi.

Satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal.

Akang bentar lagi sampai. Pokoknya kalo mamah tanya2 kita ngapain aja tadi, tolong ngarang indah aja.

Jangan bilang kalo kita ketemu sama Nata.

Mata Syafa melotot.

Dari mana dia tahu nomor ini?

Seingat Syafa, mereka belum saling tukar nomor kontak.

"Tadi ngapain aja sama Gilang?" Tanya Tante Ruri.

"Makan es krim." Jawab Syafa cepat.

"Pasti kamu yang ajakin ya? Suka banget sama es krim sih." Bunda ikut menyeletuk.

Sebagai seseorang yang dijadikan sumber berita, Syafa hanya nyengir.

Suasana restoran yang menyajikan aneka lalapan di dalam mal ini agak sepi. Mungkin karena lewat jam makan siang. Malah hari beranjak sore.

"Gilang mana sih?" Tante Ruri tampak resah. Padahal mereka baru saja duduk di dalam restoran.

"Belum lama kok perginya, Te." Sahut Syafa.

"Iya jeng, baru sejam. Sebentar lagi pasti sampai. Mungkin urusannya penting." Bunda ikut menenangkan.

"Iya kalau penting. Kalau ternyata urusannya sama perempuan itu gimana?" Nada bicara Tante Ruri begitu ketus.

Sebegitu bencinya kah, beliau pada kekasih sang putra? Padahal Syafa bisa melihat bagaimana Gilang menyukai wanita itu.

Untungnya, tidak lama kemudian Gilang sampai. Lelaki itu tersenyum cerah saat menghampiri meja para wanita.

"Kamu ke mana sih?" Tanya Tante Ruri penuh curiga.

"Ada urusan kerjaan bentar, Mah."

Sementara Syafa dan bunda saling pandang. Kebetulan sekali gadis itu duduk berhadapan dengan bundanya.  Jadi lebih leluasa bertukar pandangan.

Tidak butuh waktu lama untuk pesanan mereka datang. Syafa yang pemakan segala langsung melahap makanannya. Lain lagi dengan Gilang. Lelaki itu harus menyingkirkan timun dari piring.

"Nggak suka ya, Kang? Buat aku ya?" Syafa langsung mencomot potongan timun dari piring Gilang.

"Mamah peseninnya kok nggak minta di pisahin sih bumbunya?" Protes lelaki itu.

Jujur, Kang Gilang yang biasa terlihat dewasa di mata Syafa berubah menjadi anak mamah yang suka protes ini-itu.

"Maklum ya, Jeng. Anak bontot ya gini." Dumal Tante Ruri.

"Nggak apa. Si bontot di rumah juga gitu. Bawel." Bunda juga turut merasakan.

"Syafa, suka bumbunya nggak?" Tanya Gilang yang sedang sibuk memisahkan bumbu dari daging bebek bakarnya.

"Suka."

"Nih."

Melihat adegan itu, Tante Ruri dan bunda tersenyum. Apalagi posisi duduk mereka tepat di hadapan dua muda-mudi itu.

"Cocok ya?" Celetuk mamah dari Kang Gilang.

Hal itu membuat gerakan tangan Gilang untuk memisahkan bumbu terhenti. Namun Syafa tidak ambil pusing. Ia sibuk mengunyah makanannya.

Partner Kondangan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang