9. Wanita Pintar

4.7K 616 24
                                    


Alumni SD Ceria

Roy: mengirim video

Roy: dateng ya teman-teman 😊

Satu pesan di grup Syafa terima.

"Undangan lagi?" Gumamnya. Gadis itu menghempaskan tubuh ke kasur. Belum mau merespon. Biarlah tunggu penduduk grup ramai.

Bejo: Wah... selamat bro. Ini siapa lagi nih belum? Masa kalah sama Roy?

Widi: colek @.Syafa @. Maura @.Anggrek

Bejo: @.Sadewa juga.

Kali ini kening Syafa mengernyit. Rasa-rasanya menikah itu sudah seperti ajang perlombaan untuk Bejo. Tiap kali ada yang membagi undangan lewat grup, pasti komentarnya sentimen pada anggota yang belum menikah.

Asti: Kok byk cewek yg belum? Hei kaliah... segeralah. Ingat umur.

Mata Syafa mengerjap. Tangannya mulai mengetik sederet huruf di atas layar.

Syafa: Selamat Roy. Semoga bahagia. @.Bejo menikah bukan perlombaan. @.Asti umur hanyalah angka.

Asti: Bukan sekedar angka. Cewek itu ada batasnya. Nanti keburu basi.

Syafa: Gk smw cewek tujuan utamanya ke sana.

Asti: Bilang aja gk laku.

Syafa: whatever you say.

Maura: @. Syafa ❤

Anggrek: 😚

Syafa terkekeh. Sudah biasa begini. Di antara teman-temannya memang Asti yang paling greget. Seperti opininya adalah hal paling benar.

Pernah suatu kali, Asti sok menceramahi teman-teman perempuan di dalam grup. Katanya, "jadi cewek tuh nggak usahlah pinter-pinter. Ntar cowok nggak ada yang mau. Takut di begoin sama ceweknya."

Waktu itu Syafa hanya bisa menganga. Like, what the... jadi menurutnya perempuan itu tidak boleh pintar? Tidak boleh menjadi sosok yang lebih penting dari lelaki?

Makanya, sejak saat itu ia hilang respek dengan seseorang yang namanya Asti itu. Bertemu di kondangan pun hanya menyapa seadanya.

Anehnya, banyak yang setuju dengan pola pemikiran ini.

"Kenapa lagi deh?" Tegur Dana yang masuk ke kamar sang kakak untuk mengambil kemoceng. Bukan tidak sopan, tapi memang pintu kamar gadis itu terbuka lebar.

"Emang kenapa?" Tanya gadis itu balik.

"Itu muka di tekuk-tekuk." Tunjuk Dana ke wajah sang kakak sulung.

Syafa menghela napas. Ditatapnya sang adik lamat-lamat.

"Menurut kamu, perempuan itu nggak harus pinter yang sekolahnya biasa aja buat dapetin laki?" Ia ingin tahu tentang pendapat sang adik.

"Hah? Maksudnya perempuannya harus bego, baru lakinya mau? Ya enggaklah! Ntar kalau pas nikah punya anak, kan yang mendidik pertama kali emaknya. Kalau nggak pinter? Kayak apa bentukan tuh anak?" Jawaban Dana menerbitkan senyuman di bibir Syafa.

Memang, adiknya itu adalah lelaki keren. Paling keren setelah ayah. Makanya Syafa sayang. Ia juga sayang adik-adiknya yang lain ya... kan keren juga.

"Masuk logika." Komentar gadis itu.

"Kenapa deh? Ada yang nolak kakak karena kakak terlalu pinter?" Tebak Syandana dengan asal.

"Enggaklah... sejak kapan aku di tolak? Nolakin cowok baru sering." Ucap Syafa dengan jumawa.

Partner Kondangan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang