47. Dari Masa Lalu

4.5K 544 10
                                    

Syafa duduk dengan gelisah di meja kerjanya. Ia memilih untuk menyibukkan diri dengan memeriksa tugas-tugas para murid.

Sementara di sudut lain ruang guru, tampak kerumunan yang sedang berbahagia.

Mata Syafa hanya mencuri pandang. Sumber keramaian itu tertutupi tubuh orang-orang yang mengelilingi. Ia sendiri tidak mengerti, kenapa orang itu tiba-tiba muncul.

Ia pikir, keadaannya akan biasa-biasa. Tapi ternyata, Syafa jelas masih gelisah dan berakhir pura-pura sibuk.

"Bu Syafa!" Panggil Pak Gio. Meminta wanita itu untuk ikut berkumpul.

"Sebentar, Pak." Syafa masih enggan ia menjadikan tugas-tugas muridnya sebagai alasan.

Hal yang lebih mengesalkan lagi, masih ada waktu sekitar satu jam sebelum jam pulang. Parahnya, jam mengajar Syafa telah usai.

Kerumunan itu lama-lama bubar. Beberapa guru yang sebenarnya masih ada kelas, kembali menemui para murid. Sisanya, tetap di tempat sambil mengobrol pada si sumber kerumunan.

Sadewa.

Jika kamu bertanya bagaimana perasaan Syafa sekarang, entahlah bagaimana ia bisa menjelaskan.

Rumit.

Jujur, wanita itu masih menyimpan sedikit rasa sayangnya. Apalagi mereka berpisah bukan karena tidak saling sayang. Keadaan yang memaksa.

Namun akal sehat Syafa terus mendengungkan nama Gilang. Ada lelaki lain yang setiap hari mendampinginya. Seseorang yang mungkin juga masih menyimpan sayang pada cinta lamanya.

"Hai, apa kabar?" Tanya Sadewa saat ruang guru menjadi sepi. Hanya ada beberapa orang yang terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.

Sadewa mendekat, lalu duduk di meja kerja lamanya, bersebelahan dengan Syafa.

Kenangan lama pun kembali berputar dalam ingatan. Saat Sadewa menjadi guru baru tahun lalu. Ketika mereka banyak mengobrol dan selalu nyambung.

"Baik." Jawab wanita itu dengan cepat. Jelas berusaha untuk biasa-biasa saja. "Bagaimana kabar istri dan si kecil?"

"Mereka baik." Ujar lelaki itu.

"Dalam rangka apa ke sini? Bukannya kamu belum selesai sekolahnya?" Syafa juga penasaran, untuk apa lelaki itu datang. Alih-alih ke Surabaya, kenapa malah ke Jakarta?

"Lagi libur, jadi saya balik untuk ngurus surat penjualan rumah."

"Oh."

Segalanya memang telah berubah. Mereka yang dulu begitu akrab, kini menjadi kaku satu sama lain.

Syafa kembali memeriksa tugas para murid. Tinggal tiga lagi dan selesai. Ia berniat untuk cepat-cepat keluar dari ruang guru dan pulang.

"Saya mau pisah sama Melati." Ucap lelaki itu tiba-tiba. Membuat Syafa langsung menoleh ke arah Sadewa.

"Kenapa?"

Sudah hampir satu tahun sejak Sadewa meninggalkannya untuk menikahi Melati. Syafa pikir, lelaki itu akan menanggung konsekuensi dari keputusannya seumur hidup.

"Melati yang minta. Dia bilang selalu merasa bersalah sama saya."

Keduanya sama-sama menunduk. Hati Syafa mencelos. Kini, ia mempertanyakan keputusannya menikah dengan Gilang. Jika pada akhirnya begini, kenapa ia tidak sabar menanti Sadewa saja?

Syafa mulai goyah.

Ketika pikirannya bercabang, ponsel wanita itu berbunyi. Panggilan dari Gilang.

Partner Kondangan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang