Bab 3

11.2K 965 46
                                    

Yuk, sebelum dibaca jangan lupa di vote dulu ya❤❤

***

Malam ini Adel sedang berada di rumah sakit Jiwa, tempatnya tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi, jadi hanya biasa saja. Ada beberapa orang menyapa nya dengan ramah, dan Adel membalasnya dengan senyuman tipis.

Sesampai di kamar nomor 06, disana Adel melihat sudah ada perempuan dengan rambut panjang yang acak-acakan, penampilan nya yang begitu berantakan.

Adel ingin menangis melihat kondisi perempuan itu, iya si sahabat kecilnya.

Langsung saja Adel berjalan cepat kemudian memeluknya dari belakang membuat perempuan tersebut kaget dan menoleh.

"A-adel?" beo perempuan itu atau lebih tepatnya Fani.

Adel mengangguk kemudian mencium lembut kening Fani. "Apa kabar?" tanyanya.

"A-aku nggak baik-baik aja Del, d-dan a-aku mau mati tapi nggak bisa," jawab Fani terbata-bata.

"Hei nggak boleh ngomong kayak gitu."

Bukannya menjawab, Fani justru mengangkat pergelangan tangannya untuk menunjukkan kepada Adel.

Adel membelalak terkejut saat melihat banyak sekali goresan merah di pergelangan tangan Fani.

"Kenapa ini?!" tanya Adel panik.

Tiba-tiba saja Fani tertawa. "Bagus kan Del? Kemarin aku ngesayat ini pake beling yang ada disana. Rasa sakitnya nggak sebanding sama rasa sakit hati aku."

"Fani! Kamu nggak boleh kayak gini. Kalau kamu lukain diri kamu seperti ini, yang ada keadaan kamu bakalan makin memburuk. Jadi, stop untuk melakukan hal gila kayak gini, oke?"

Fani langsung mendorong keras bahu Adel sehingga Adel terlonjak kaget karna perlakuan Fani.

"Aku mau mati! Aku mau mati sekarang!" pekik Fani.

"Fani!" tegur Adel.

Gangguan mental Fani sepertinya mulai kambuh, kalau sudah seperti ini yang pastinya Fani akan kembali berteriak dan melakukan hal yang tidak masuk akal.

"Aku mau mati sekarang, Adel! Aku udah nggak punya siapa-siapa lagi, Mamah sama Ayah udah ninggalin aku selama-lamanya! Dan sekarang aku cuma hidup sendiri, nggak ada orang yang bisa nemenin aku!!"

"Masih ada aku, Fan. Kenapa kamu harus bilang kayak gitu?"

"Kamu itu nggak berguna, Adel! Kamu nggak bisa nemuin pelaku yang sebenernya, aku benci kamu! Kamu udah janji sama aku buat nemuin pelakunya tapi sampai sekarang kamu nggak bisa nemuin dia!" teriak Adel, kelakuannya seperti orang tidak waras sekarang. "Kamu itu nggak berguna!!!" sambungnya dengan suara meninggi.

Sakit. Sungguh sakit mendengar perkataan yang keluar dari mulut Fani. Hati Adel seakan tertusuk mendengarnya, memang dirinya ini tidak berguna sama sekali. Selalu menyusahkan orang dan tidak pernah menepati janji.

"Fani..." lirih Adel dengan bibir gemetar.

"Kamu pergi dari sini! Aku nggak mau ketemu sama kamu!"

"Fan... Maafin aku..."

"Pergi!"

Bukannya pergi, Adel malah mulai mendekati Fani, ia hanya berusaha untuk menenangkan emosi Fani yang sudah memuncak.

Namun disaat Adel ingin memeluk Fani, Fani sudah dulu mendorong tubuh Adel dengan cukup keras hingga tubuhnya membentur dinding.

Bu Dewi yang selaku perawat untuk mengurusi Fani itu pun datang, dia langsung memeluk Fani dan berusaha menenangkannya. Ia mengkode Adel agar segera pergi dari sini sebelum Fani melakukan hal nekat.

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang