Perempuan bisa bersikap seolah-olah dia tidak merasakan sakit apapun, padahal nyatanya dia memiliki rasa sakit yang luar biasa, hingga ingin merintih begitu kencang. Namun semua itu dia tahan, dan akhirnya lebih memilih memendam kemudian kembali bersikap seolah-olah dia baik-baik saja.
***
Suara bel istirahat sudah berbunyi, seperti biasa semua murid langsung berhamburan pergi dan berebutan tempat duduk dikantin, ada yang sebagian tidak mendapatkan tempat duduk dan memilih untuk makan di tempat duduk dekat pinggir lapangan sekolah.
Berbeda dengan Adel yang kini sedang merapihkan rambutnya di depan layar ponselnya, setelah semuanya sudah rapih ia tersenyum dan kembali menaruh ponselnya di saku.
"Ayo ke kantin." ajak Vera.
"Lo duluan aja," jawab Adel.
"Pasti lo mau gangguin Arkan ya?"
"Yoi."
"Ck, baru kali ini gue nemuin cewek yang senekat itu buat ngedeketin Arkan." Adel terkekeh pelan mendengarnya. "Yaudah deh, gue hanya bisa doain lo dari jauh supaya nggak di apa-apain sama dia. Kalau gitu gue duluan, Bye." sambungnya seraya melambaikan tangannya begitupula Adel.
Setelah Vera pergi, Adel pun juga langsung berjalan keluar dari kelasnya untuk mencari keberadaan Arkan saat ini.
Dan tak lama kemudian Adel sudah sampai di kantin. Suasana kantin sangat ramai dan penuh. Dan tidak ada satupun kursi kosong lagi jika ia ingin duduk. Matanya celingukan kesana kemari mencari keberadaan Arkan.
Sampai pada akhirnya Adel bisa menemukannya. Arkan berada di kursi pojok seperti tadi pagi. Ia rasa memang tempat perkumpulan makan mereka disana dan tidak pernah berganti tempat.
Tanpa mau berpikir apapun lagi, Adel langsung berlari menghampirinya.
"Hallo Pacar!" ucap Adel yang langsung duduk di sebelah Arkan. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat ada Bakso di depan Arkan. "Wahh ada Bakso! Gue mau--"
Ketika tangan Adel ingin mengambil bakso itu Arkan sudah dulu menahannya dengan sorot mata yang dingin.
"Mau ngapain lo disini?" tanya Arkan dengan suara dingin.
"Ketemu lo," jawab Adel dengan posisi tangan ke atas yang sedang di tahan oleh Arkan.
"Pergi."
"Tapi gue mau nyicipin Bakso lo sebentar."
"Pergi."
"Minta satu Bakso aja, boleh ya?" pinta Adel dengan muka memelas.
"Lo ngerti bahasa manusia nggak sih?"
Adel mengangguk polos. "Ngerti, ini bahasa manusia nya seperti apa yang lo sama gue ucapin."
"Kalau emang lo paham, yaudah, pergi dari sini." titah Arkan lagi.
"Sayangnya gue nggak paham apa kata 'Pergi' yang lo ucapin itu."
Disaat tangan Adel berusaha memberontak untuk mencomot satu bakso yang berada di mangkok nya Arkan, lagi-lagi Arkan menahannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN [END]
Teen Fiction[Series story of Rajendra family] (Bisa dibaca terpisah) [FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Arkan, Adel adalah pengganggu. Bagi Adel, Arkan adalah pelindung. Arkan yang tidak suka diusik, dan Adel yang suka mengganggu Arkan setiap saat. Saat malam itu A...