Bab 25

8.1K 760 73
                                    

***

Sekarang para bagian Inti pasukan Birawa sedang berkumpul di markas. Mereka saling membahas tentang Darka, dan semua segala nya hal yang ada didalam diri pemuda itu.

Pemuda aneh yang tiba-tiba saja menyerang Arkan hanya karena Adel. Mereka fikir, perasaan suka nya Darka itu tidak main-main sampai pemuda itu bisa berbuat hal senekat ini, bahkan dikatakan lumayan parah.

Putra saat ini sedang duduk disofa berwarna coklat yang didepannya sudah ada laptop berwarna hitam yang berada di atas meja. Putra memegang dagu nya dengan pandangan lurus kearah laptop tersebut.

"Jadi ternyata Darka ketua geng dari Victor?" mereka semua mengangguk. "Gue baru tahu kalau dia ketua geng nya."

"Bukannya lo udah tahu dari dulu ya?" tanya Edo.

"Gue cuma tahu kalau dia anak geng motor, soal dia menjabat sebagai ketua geng, gue baru tahu sekarang."

Edo hanya mengangguk-angguk paham. Dan mereka saling menatap satu sama lain.

"Baru kali ini kita berantem cuma karena nolongin satu cewek. Kira-kira anak Sriguna pada tahu nggak ya?" tanya Putra.

"Gue nggak tahu, lagian nggak penting juga." jeda Edo sambil menatap kearah Rasyid. "Oh iya Syid, gimana sama nyokap lo? Udah mendingan?"

"Masih sama," jawab Rasyid tanpa ekspresi.

"Emangnya nyokap lo punya penyakit apa sih? Sorry ya bukan maksud gue nyinggung lo, tapi kayaknya penyakit nyokap lo itu nggak sembuh-sembuh padahal udah dari berapa tahun lalu."

"Lo fikir penyakit nya dia itu biasa?"

"Bukan gitu maksud gue, Syid. Lagian juga dari dulu lo nggak pernah ngasih tahu kita tentang penyakit yang di idap sama nyokap lo selama ini."

Memang, Rasyid dari dulu tidak pernah memberitahu mereka semua soal apa nama penyakit Ibunya. Bahkan, Arkan saja juga tidak tahu, jangankan mereka seluruh murid Sriguna juga sama sekali tidak tahu.

Sudah 3tahun lamanya Rasyid menyembunyikan semuanya dari mereka. Dan disaat mereka bertanya, pasti Rasyid akan selalu mengalihkan pembicaraan.

"Ini privasi hidup gue. Dan menurut gue soal penyakitnya nggak ada guna nya untuk gue kasih tahu," kata Rasyid.

"Tapi setidaknya lo memberi tahu kita Syid biar kita semua nggak terlalu bingung tentang kenapa nyokap lo sampai sekarang belum sembuh. Di tambah lagi, lo nggak pernah ngizinin kita semua untuk jenguk nyokap lo," imbuh Putra.

Suasana mulai makin serius, tidak ada candaan dari mereka. Edo yang dikenal suka membuat suasana ramai, kini dia ikutan serius, karena dia tahu, kapan waktunya bercanda kapan waktunya serius.

"Kenapa sih kalian mau tahu banget tentang penyakit nyokap gue? Penting banget emangnya?" nada nya ketus dan sinis. "Soal gue nggak ngizinin kalian untuk jenguk nyokap gue, karena menurut gue jengukan kalian juga nggak ada guna nya dan nggak akan bikin nyokap gue sembuh."

Edo dan Akbar saling menghela nafasnya kasar. Rasyid yang gampang marah dan kadang ucapannya suka menusuk, membuat mereka cukup kesal juga.

"Oke, gue ngertiin. Mungkin benar apa yang lo katakan tadi, ini tentang privasi hidup lo. Dan kita, nggak akan pernah lagi untuk nanya-nanya ini sama lo. Puas?" final Putra akhirnya.

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang