Bab 19

7.7K 775 41
                                    

...

Pulang sekolah sudah sekitar 15 menit, kini Arkan dan teman-teman nya sedang berada di dalam perjalanannya menggunakan motor sport nya masing-masing. Helm fullface berwarna hitam membuat masyarakat yang melihatnya langsung bergidik ngeri, karena mereka tahu siapa dia semua.

Namun di pertengahan jalan sepi, tiba-tiba saja ada suara deruman motor yang sangat keras dan menghalang jalan Arkan beserta teman-temannya.

Sontak mereka berempat terkejut dan langsung mengerem mendadak. Mereka berempat saling menatap satu sama lain sambil mengangkat bahunya tidak tahu.

"Achilles?" tanya Akbar dibalik helmnya.

"Kayaknya bukan, beda dari motor sama jaketnya," jawab Putra.

Achilles hanya menggunakan motor sport berwarna putih dan juga jaketnya pun berwarna maroon, sedangkan orang-orang itu hanya memakai motor dan jaket dengan warna hitam yang sama.

Arkan yang melihat kedatangan orang-orang itu, di balik helm dia menghela nafasnya kasar dan langsung membuka helmnya kemudian turun dari motornya.

Begitupula Pemuda yang berada didepan, dia juga ikut membuka helm dan turun dari motornya. Dan ternyata orang itu adalah, Darka.

"Ck, nantangin." gumam Arkan sambil memutar bola matanya malas.

Mereka berdua saling maju satu sama lain sehingga kini mereka berdua diantara tengah-tengah para teman-temannya.

"Lo ngapain halangin jalan gue?" tanya Arkan, suaranya dingin dan tatapannya pun juga.

"Nyari masalah," jawab Darka santai.

"Lo tahu tentang Geng Birawa?"

"Tahu." jedanya sambil memajukan wajahnya dengan sorot mata tajam. "Geng Abal-abal yang sok kuat dan sok paling ditakuti sedunia. Lo tahu? Birawa akan kalah jika sudah berurusan dengan Victor."

"Jadi nama Geng lo itu Victor? Kenapa nama Geng lo nggak kotor aja? Biar sama seperti Anggota, pasukan dan Ketuanya," balas Arkan.

Sorot mata Darka sudah memerah, rahangnya juga ikut mengeras. Sial. Lagi-lagi emosinya terpancing karena Arkan. "Jangan pernah lo mancing emosi gue, Arkan Rajendra," ucapnya.

Arkan menghela nafasnya kasar, Darka itu ribet, banyak tingkah, dan ucapannya sok tajem. Arkan malas jika harus bicara bertele-tele yang tidak jelas, sangat membosankan menurutnya.

"To the point, apa mau lo?" tanya Arkan mulai ke intinya.

"Jauhin Adel." tegas Darka.

"Lo ngatur?"

"Jauhin dia, atau hidup lo gue buat sengsara sekarang juga."

"Bukan lo yang harus mengatakan itu, tetapi gue. Lo tahu Adel milik siapa? Kalau lo nggak tahu, biar gue perjelas lagi." jedanya sambil menatap Darka lekat-lekat. "she is mine. and I won't let anyone take it from me," sambungnya penuh penekanan.

"She is not yours! and you have no right to forbid me to take it from you!!"

"Bacot. Kalau emang lo bisa ngerebut dia dari gue, lo hebat. Tapi kalau sebaliknya, lebih baik lo nyerah dari pada harus menjadi orang yang sok jagoan."

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang