Bab 9

8.3K 839 42
                                    

Gelap tidak pernah mengutuk takdirnya. Meski selalu dihina, dibenci bahkan dihindari. Entah karena tidak bisa atau memang ikhlas menerima jalannya.

Jangan lupa untuk pencet tombol votenya ya!❤❤

...

Masih ditempat yang sama. Setelah Arkan sudah mengurus wanita tua itu, dia beralih menatap kearah Adel dengan tatapan datar. Sedangkan Adel, gadis itu menelan salivanya dalam-dalam saat melihat Arkan dengan tatapan yang seperti itu.

"A-arkan." pemuda itu tidak menjawab, justru dia langsung membalikkan badannya untuk berjalan pergi, namun dengan cepat Adel menahannya. "Tunggu!" teriaknya.

Langkahnya pun terhenti, dia diam disitu tanpa mau menoleh ke belakang sedikitpun.

"Makasih. Karena lo udah nolongin gue," kata Adel.

"Gue nggak ada niatan buat nolongin lo," jawab Arkan berbohong.

"Terus kenapa lo harus bersikap kayak tadi?"

"Terpaksa."

"Gue nggak percaya."

"Terserah."

Disaat Arkan ingin kembali melangkahkan kakinya, lagi-lagi Adel berteriak memanggilnya dengan sangat kencang.

"TUNGGU DULU!" teriak Adel yang langsung berlari menghampiri Arkan. "G-gue boleh minta tolong lagi?" tanyanya.

"Enggak," jawab Arkan singkat.

"Please, sekali lagi aja." Adel memasang wajah melas dihadapan Arkan membuat pemuda itu menghela nafasnya kasar. "Gue boleh minjem uang lo?" lanjutnya.

Dasar gadis gila. Arkan jadi menyesal telah menolong gadis ini, gadis yang menurutnya tidak tahu diri. Sudah ditolongi, malah meminta minjam uang kepadanya, dasar tidak waras.

"Lo gila ya?" ucap Arkan mulai merasa jengah.

"Gue mohon Kan. Soalnya gue nggak ada uang buat naik taksi dan kalau gue pulang jalan kaki bisa-bisa gue bakalan ketemu Mami dan Mami akan bawa gue lagi."

"I don't care what you say, so mind your own business," jawab Arkan.

"Kan, gue mohon. Gue janji gue nggak akan ngusik lo lagi setelah ini, oke?"

Arkan menatap gadis itu lekat-lekat. Mungkin ia akan memberikan satu kesempatan untuk Adel, tetapi ia tidak akan memberi kesempatan lagi untuknya di lain harinya lagi.

Ia langsung berjalan mendahului Adel untuk menghampiri motornya yang berada didepan pinggir jalan. Sedangkan Adel yang melihat Arkan berjalan pergi meninggalkannya ia menghela nafasnya kasar. Wajar Arkan tidak mau menolongnya karena kan pemuda itu memang tidak punya hati.

"Cewek gila!" panggil Arkan dengan suara yang cukup kencang.

Adel langsung menoleh ke belakang dengan muka lesu. "Apaan sih?" jawabnya ketus.

"Naik."

"Hah?"

"Kalau nggak mau, yaudah."

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang