Bab 27

7.4K 775 103
                                    

...

Saat ini Arkan dan beserta pasukan Inti Birawa sedang berkumpul dirumah sakit. Tepatnya berada diruang rawat yang Arkan tempati, mereka berkumpul karena memang ingin membicarakan masalah yang serius.

Namun, yang berkumpul hanya lah Edo dan Putra. Sedangkan Akbar dan Rasyid belum datang, alasannya karena macet dijalan. Cukup masuk akal, tetapi Edo dan Putra saat berada dijalan raya, jalanannya lancar dan sama sekali tidak macet.

Entahlah, mungkin Akbar dan Rasyid memakai jalan pintas yang mungkin saja menyebabkan mereka terkena macet.

Edo dan Putra duduk disofa panjang begitupula Arkan. Suasana sedaritadi hening dan sunyi, belum ada satupun yang berani membuka suaranya. Dan cukup lama mereka saling terdiam, sampai pada akhirnya Putra membuka suaranya.

"Ini pesan yang dikirimin dari salah satu anggota kita." Putra menaruh ponselnya di atas meja dan Arkan pun langsung mengambil ponsel itu, kemudian membaca pesan dari layar ponselnya itu. "Jadi, selama ini Marcel nyerang Birawa bukan karena dendam, melainkan ada sesuatu hal yang kita belum tau. Terlalu misteri sih, soalnya dulu kita cuma beranggepan kalau Marcel nyerang Birawa karena emang gak suka, tapi ternyata bukan." sambungnya.

"Udah nemuin alesannya?" tanya Arkan dengan satu tangan yang masih memegang ponselnya.

Putra menggeleng.

"Terus?"

"Lo mau nyuruh kita untuk nyari tau semuanya?" tanya Putra.

"Bisa emangnya?"

"Semoga aja. Kita selesaikan masalah ini pelan-pelan, soalnya masih banyak masalah yang belum diselesaikan. Dan sekarang gue udah mikirin, mungkin kita harus selesaikan masalah ini dulu setelah masalah ini selesai, baru kita cari tau masalah selanjutnya."

Arkan mengangguk sambil menaruh ponsel itu kembali di atas.

Edo berdehem membuat keduanya saling menatap kearahnya. "Gue punya feeling kalau ada salah satu temen kita yang berkhianat."

Dahi Arkan mengerut. "Maksud lo?"

"Lo mikir nggak sih, kalau akhir-akhir ini sikapnya Akbar sama Rasyid kayak beda gitu?" Arkan masih diam tak mengerti. "Ditambah lagi sama sikap Akbar yang cukup aneh ke Adel. Dan gue rasa, ada sesuatu diantara mereka. Kalau Rasyid, dia akhir-akhir ini sering ngilang gitu. Aneh kan?"

Arkan menghela nafasnya kasar. "Jadi lo nuduh temen lo sendiri gitu?"

"Bukan gitu maksud gue, Kan. Gue hanya berfeeling aja soalnya--"

"Dia temen kita Do, nggak mungkin kalau dia melakukan hal di luar dugaan." potong Arkan.

"Nggak ada yang nggak mungkin, Kan. Banyak temen yang udah kita anggap baik, ternyata busuk. Kita nggak bisa lihat orang dari covernya aja, tapi kita harus lihat isinya juga." imbuh Putra mulai ber-ikut campur.

"Ck, jadi lo berdua mau nuduh Akbar sama Rasyid?!" Arkan memekik. "Gue tau sikap mereka emang aneh, tapi itu nggak memungkinkan mereka busuk! Fikirin semua ini pake logika, jangan main asal nebak aja. Dan kalau belum ada bukti pasti, kalian berdua nggak bisa buat langsung main nuduh gitu aja."

Keduanya langsung terdiam. Arkan memang seperti ini, sebelum semuanya tidak ada bukti yang jelas, dia tidak bisa menuduh begitu aja. Harus ada bukti, baru dia akan percaya.

Memang, sebenarnya Arkan sudah curiga kepada mereka berdua. Namun, dia buang jauh-jauh pikiran negatif itu dan berusaha untuk berfikir positif. Karena Arkan yakin, temannya tidak akan mungkin untuk berkhianat kepadanya.

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang